Waspada, Ini Bahaya Hemofilia pada Ibu Hamil
1. Abruptio plasenta
Semasa kehamilan, wanita dengan level faktor pembekuan darah yang rendah berisiko mengalami abruptio plasenta. Ini adalah kondisi ketika plasenta (ari-ari) lepas dari rahim sebelum waktunya sehingga dapat terjadi keguguran karena janin tidak mendapat oksigen dan pasokan gizi yang dibutuhkan untuk proses perkembangan.
2. Perdarahan saat bersalin
Wanita hemofilia yang hamil tetap perlu melakukan pemeriksaan pada aktivitas faktor pembekuan darah menjelang akhir kehamilan. Apabila hasilnya menunjukkan kurang dari 50%, maka diperlukan pengawasan untuk risiko perdarahan, terutama semasa persalinan. Selain itu, perlu dipertimbangkan pemberian terapi dengan pengganti faktor pembekuan sebagai langkah antisipasi.
Wanita dengan hemofilia disarankan untuk menjalani persalinan normal tanpa penggunaan alat. Hal ini dilakukan demi mengurangi trauma dan risiko perdarahan saat melahirkan. Sering kali, operasi dapat dipertimbangkan, khususnya jika ibu hamilsudah mendapatkan terapi pengganti faktor pembekuan darah.
3. Perdarahan postpartum
Setelah persalinan, nilai faktor pembekuan darah yang sempat meningkat akan kembali seperti semula dalam 14–21 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, risiko terjadinya perdarahan postpartum meningkat dan tetap dapat muncul hingga enam minggu setelah melahirkan. Oleh karena itu, wanita dengan hemofilia tetap perlu kontrol rutin setelah melahirkan.
4. Mewariskan penyakit ke anak