Waste4Change: Ekosistem Tata Kelola Sampah Perlu Dibenahi
jpnn.com, JAKARTA - Permasalahan sampah kian darurat. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Indonesia diperkirakan menghasilkan rata-rata 64 juta ton timbunan sampah setiap tahunnya.
Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di berbagai daerah di Indonesia juga mulai mengalami kelebihan kapasitas. Salah satunya TPA Sarimukti Bandung.
Menurut perwakilan UPTD Pengelolaan Sampah TPA/TPST Regional (PSTR) Provinsi Jawa Barat, Dhani Prianto Hadi, TPA tersebut awalnya dirancang untuk menampung sampah sebanyak 1.200 ton per hari. Namun pada praktiknya, volume sampah yang diterima melonjak hingga 2.000 ton per hari.
TPA Cipeucang di Tangerang Selatan sempat longsor pada pertengahan 2020, akibat tembok pembatas yang tidak kuat membendung volume sampah, sehingga sampah bocor dan menutupi aliran sungai Cisadane.
Adapun TPA Bantar Gebang yang setiap hari menampung 7.000 ton sampah dari DKI Jakarta diperkirakan hanya bisa beroperasi sampai tahun ini saja.
Dari kacamata yang lebih holistik, Indonesia memang perlu melakukan pembenahan ekosistem tata kelola persampahan.
Tata kelola ini antara lain terdiri dari aspek penegakan hukum, kejelasan kerja sama antar pihak, khususnya peran swasta dalam membantu mendanai pengadaan infrastruktur pengelolaan sampah, serta mekanisme retribusi sampah yang berkeadilan (berbasis volume).
Menanggapi permasalahan ini, Waste4Change terus berupaya memperluas cakupan layanannya.