Wewey Wita Kebanjiran Tawaran jadi Bintang Iklan
Namun, Wewey tidak nyaman dengan itu semua. Dia memutuskan tetap mengikuti kegiatan luar sekolah yang ”laki-laki”. Wewey menyadari lebih tertarik pada olahraga, bukan berlenggak-lenggok di karpet merah.
Dari situlah dia bertemu pencak silat. Ya, pencak silat. Olahraga yang selama ini lebih lekat dengan orang pribumi. Pertemuan itu tidak disengaja dan ada unsur paksaan. ”Aku tiba-tiba didaftarkan ikut kejuaraan pencak silat sama guru waktu kelas IV SD. Lawannya anak SMP, besar-besar. Aku bingung, tapi mau bagaimana lagi. Harus siap,’’ katanya.
Latihan kilat dilakukan. Hanya dua hari. Ajaibnya, Wewey berhasil menyabet predikat juara terbaik saat itu. Dari situlah, pencak silat kemudian menjadi penolongnya.
Kehidupannya berubah perlahan-lahan. Prestasi demi prestasi didekapnya. Mulai kejuaraan dunia di Phuket, Thailand pada 2015 hingga yang terakhir merebut medali emas Asian Games 2018.
Namanya pun melambung. Ekonominya berubah setelah mendapat bonus Rp 1,5 miliar. Tawaran interview hingga jadi bintang iklan berdatangan. ”Ya, bersyukur sekarang bisa bantu adik untuk sekolah. Juga bisa bikin usaha kafe untuk masa depan,’’ paparnya.
Uniknya, kafe yang sedang dirancangnya tidak lepas dari bau pencak silat. Wewey menerangkan, akan ada unsur bela diri Nusantara itu di dalamnya. Baik dari segi pernik-pernik maupun hiburan yang ditampilkan. ’’Ingin lebih banyak lagi yang mencintai pencak silat,’’ ungkapnya.
Wewey sangat berhasrat pencak silat bisa dinikmati dan dimainkan oleh semua orang. Tidak hanya dikenal dan dimainkan orang-orang Indonesia dan kawasan sekitarnya.
’’Saya ingin pencak silat masuk Olimpiade biar dunia tahu seni bela diri asal Indonesia tidak kalah keren dengan yang lain,’’ harapnya. (rid/c6/fim)