Wiranto: Perubahan Butuh Pemimpin Kuat
jpnn.com - JOGJA- Bangsa Indonesia sesungguhnya adalah sebuah bangsa yang besar, dan memiliki aset yang luar biasa juga besarnya, namun demikian saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan seperti masalah perlindungan terhadap warga negara, kesejahteraan, dan pendidikan nasional.
“Sebenarnya dengan potensi modal indonesia yg luar biasa, dan seandainya ditunjang dengan manajemen pemerintahan yg baik dan benar, Indonesia akan menjadi negara yg luar biasa, namun kenyataannya ada jurang yang dalam antara tujuan nasional dengan kondisi nasional terkini,” ucap Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto dalam acara Diskusi Kebangsaan bertemakan “Dari Kampus Mencari Pemimpin Indonesia” di Universitas Gadjah Mada, Jogja, Kamis (24/10)
Dalam acara yang diadakan oleh BEM Keluarga Mahasiswa UGM Bersama Pol Tracking Institute Centre for Democracy and Leadership Centre ini, Wiranto menyebutkan bahwa yang menjadi akar permasalahan adalah masalah kepemimpinan. “Perubahan adalah tanggung jawab kepempinan, dan Perubahan hanya bisa dilakukan dengan kepemimpinan yang kuat, dan untuk membuat perubahan pemimpin harus mendengarkan rakyat, apa yang mereka inginkan,” ujarnya.
Ia menjelaskan masih banyaknya pemimpin yang tidak memiliki kompetensi sebagai pemimpin perubahan, disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya rekrutmen parpol yg lemah dan kurangnya pendidikan maupun pelatihan politik dari partai politik pada kadernya. “Sehingga parpol menjadi gagal dalam membentuk pemimpinan yang kapabel, karena dari awal sudah bermasalah, maka pemilu legislatif dan eksekutif bermasalah, politik uang masih menghantui dan bepengaruh,” terang mantan panglima ABRI ini.
Oleh karena itu Wiranto menegaskan bahwa seleksi Parpol harus dibenahi dan ditingkatkan kualitasnya, sistem dan lembaga pemilu harus dibenahi, kompetensi pemimpin harus dibenahi dan ditingkatkan, agar mengajsilkan pemimpina perubahan yg memiliki kapasitas dan kebijakan sebagai pendobrak. “Jangan menjadi pemimpin rakyat kemudian berubah menjadi penguasa dan pembesar rakyat,” ujarnya.
Senada dengan Wiranto, Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Isran Noor yang juga Bupati Kutai Timur, menyebutkan bahwa pemimpin yang kuat dan berintegritas tinggi menjadi syarat mutlak kepemimpinan nasional. “Bangsa kita kini sudah mulai ‘terjajah’, Ini menujukkan integritas bangsa mulai terancam, kita lihat potensi besar bangsa kita sepeti kekayaan hutan ,tambang, dan laut sudah bukan kita lagi yang memiliki sebagian besar sudah dimiliki asing,” tuturnya.
Selain itu bangsa Indonesia juga membutuhkan pemimpin yang mampu menjaga penyebaran pembangunan agar tidak hanya terkonsentrasi ke wilayah tertentu saja tapi menyebar keseluruh nusantara. “Bayangkan di papua dan perbatasan kalimantan harga semen mencapai dua juta per sak, padahal ada potensi untuk membangun pabrik semen di daerah-daerah yang akan bisa menurunkan harga semen didaerah,” tambah Isran.
Sementara itu, Harry Zudiyanto, mantan Walikota Jogja yang pernah meraih Bung Hatta Anti Corruption Award juga menegaskan pentingnya masalah kepemimpinan. Sebab setelah reformasi ini, bangsa Indonesia dinilainya menjadi tidak punya tujuan yang jelas , dan lemahnya kepemimpinan. “Tidak ada kristalisasi nilai-nilai yang baru, sejatinya pemimpin itu menjadi pelayan masyarakat, saat ini cita-cita bangsa masih jauh dari kenyataan,” tukasnya.