Xinjiang
Oleh Dahlan IskanPara pimpinan Islam di sana membuat usul: bagaimana kalau semua suku Islam di sana mengalah. Menyerahkan jabatan kepala negara kepada orang luar. Sekalian agar bisa merukunkan mereka. Agar tidak ada lagi yang rebutan kekuasaan.
Kebetulan sekali. Waktu itu, awal tahun 1900-an, seluruh dunia Islam lagi gempar. Membicarakan adanya orang Inggris yang masuk Islam. Orang kulit putih. Kaya raya. Pedagang besar. 'Raja' bisnis kulit di Inggris.
Namanya: Beltram Sheldrake. Semangat keislamannya luar biasa pula.
Orang inilah yang membangun masjid di Inggris. Sekaligus. Di beberapa lokasi. Secara bertahap. Juga mendirikan masjid di Prancis. Di Belanda. Di Jerman.
Namanya menjadi pahlawan di dunia Islam. Mulai dunia Arab, Afrika Utara, Persia, India sampai ke Asia Tenggara. Ia diundang ke mana-mana. Untuk memberikan ceramahnya.
Para pemimpin Islam di Turkistan (Xinjiang) juga membicarakannya. Lalu muncullah ide out of the box itu: Sheldrake saja yang sebaiknya menjadi raja Islam di Xinjiang.
Maka diutuslah delegasi ke Inggris. Membawa banyak oleh-oleh khas Xinjiang.
Delegasi itu melamar Sheldrake. Untuk menjadi raja mereka. Ceritanya panjang sekali. Pun banyak versinya. Singkatnya: Sheldrake bersedia.