Ya Tuhan, Enam Gelandangan Tewas Kedinginan
jpnn.com - SAO PAULO – Temperatur udara Sao Paulo mencapai 3,5 derajat Celsius. Suhu di kota terbesar di Brasil tersebut terendah sejak 22 tahun terakhir. Hawa dingin ini menjadi musuh utama para gelandangan, selain kelaparan.
Sejak hawa dingin berembus awal Juni, enam orang meregang nyawa. Mayoritas tentu para gelandangan yang tinggal di jalanan.
Seorang korban tewas merupakan relawan dari lembaga amal Anjos da Noite atau Malaikat Malam. Anjos da Noite biasanya membagikan makanan, air, dan selimut kepada para gelandangan.
Para tunawisma tidak punya pilihan selain tidur di jalanan. Sebab, di Sao Paulo hanya ada 49 selter atau tempat penampungan. Sementara itu, jumlah gelandangan mencapai 16 ribu orang.
Setiap tahun jumlah gelandangan naik 5 persen. Sebanyak 80 persen di antaranya laki-laki dan 2,5 persen anak-anak.
Pemerintah Kota Sao Paulo menampik bahwa enam kematian itu berhubungan dengan hawa dingin. Meski begitu, mereka kini menetapkan status siaga satu.
Perubahan cuaca yang cukup ekstrem tersebut memang membuat orang-orang yang tinggal di jalanan kota berpenduduk 20 juta jiwa tersebut kelimpungan. Selama ini Brasil terkenal sebagai negara yang memiliki iklim tropis hampir sepanjang tahun.
’’Hidup di jalanan sangat sulit dan bahaya,’’ kata Marcio Carvalho, 41, salah seorang gelandangan di Sao Paulo, sambil terus menggigil. Dia sudah mengenakan tiga lapis selimut, tetapi hawa dingin tetap merasuk serasa sampai di tulangnya. Carvalho sudah berada di jalanan Sao Paulo selama tiga tahun.