YAICI dan MKPP Aisyiyah Minta Masyarakat Kurangi Konsumsi SKM, nih Alasannya
jpnn.com, ACEH - Yayasan Abhipraya Insan Cendekia (YAICI) bersama dengan Majelis Kesehatan PP Aisyiyah melakukan survei tentang kebiasaan konsumsi susu kental manis (SKM) dan dampaknya terhadap gizi buruk anak.
Penelitian akan dilaksanakan pada wilayah dengan prevalensi stunting tinggi di Indonesia, yaitu Aceh (30,8%), Kalimantan Tengah (34%) dan Sulawesi Utara (25,5%).
Sebagaimana diketahui, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 tercatat persentase stunting di Indonesia adalah 30,8%.
Meski terjadi penurunan dari periode sebelumnya (Riskesdas 2013, prevalensi stunting Indonesia 37,2%), namun mengingat ambang batas toleransi stunting yang ditetapkan WHO adalah 20% dari jumlah keseluruhan balita, maka Indonesia masih termasuk kategori negara dengan darurat gizi buruk.
Stunting atau kekurangan gizi secara kronis dipengaruhi secara langsung oleh asupan makanan dan status kesehatan bayi. Penyebab utama terjadinya stunting adalah kemiskinan terutama kondisi daerah yang terisolir.
Namun, kondisi ini juga umum terjadi pada masyarakat dengan status ekonomi menengah atas. Salah satu faktor yang berperan terhadap terjadinya stunting adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai asupan makanan bergizi pada anak terutama periode 1000 HPK.
Berbagai studi dan fakta di masyarakat menunjukkan bahwa terjadinya kekurangan gizi yaitu gizi buruk dan stunting disebabkan kesalahan pemberian asupan makanan, seperti konsumsi gula (glukosa) yang berlebih.
Tingginya asupan gula pada anak dapat beresiko anak mengalami gangguan tumbuh kembang, PTM hingga gizi buruk.