Yayasan Bening Saguling & BRI Peduli Ajak Masyarakat Kelola Sampah di Tepi Citarum
Yayasn Bening Saguling mengolah sampah tersebut dengan program “kredit plastik” yang setiap bulan bisa menghasilkan uang. Sampah yang dipilah kemudian dapat dijual lagi dan menghasilkan uang. Setiap 60 ton sampah plastik memiliki nilai jual sekitar Rp 300 ribu dan khusus sampah botol bisa bernilai lebih besar.
Tak hanya sampah plastik, terdapat juga potensi pendapatan lain dari Waduk Saguling, yaitu eceng gondok yang dianggap sebagai tanaman parasit. Tumbuhan ini bisa diberdayakan menjadi perabotan hingga atap gazebo yang menjadi penggerak ekonomi warga sekitar.
"Dari pendapatan itu, kita kembalikan ke masyarakat. Contohnya sekolah berbayar sampah dan klinik pengobatan," katanya.
Hal tersebut dirasakan oleh Endang Mulyana, salah seorang warga yang sudah aktif menjadi Pelestari Sungai Citarum selama 7 (tujuh) tahun dimana Ia mengakui sejak kehadiran Bening Saguling, dirinya memiliki penghasilan yang lebih stabil.
“Alhamdulillah sekarang penghasilan sudah lebih stabil ketimbang dulu. Saya punya satu anak, sekarang sudah di bangku SMA kelas dua. Baik uang bangunan, uang transportasi untuk sekolah anak saya dibantu dengan oleh yayasan ini”, ungkapnya.
Indra menambahkan, keberadaan Yayasan Bening Saguling juga memberikan solusi bagi masyarakat sekitar dalam ketahanan pangan. Sampah organik yang diperoleh dari rumah tangga dimanfaatkan menjadi pakan magot yang selanjutnya dijadikan sebagai pakan untuk ayam petelur.
“Sampah dari rumah tangga umumnya itu sampah organik. Ini yang kami manfaatkan untuk pakan magot untuk ayam petelur. Hasilnya kami jual dengan harga yang murah ke warga. Ini yang ke depan akan terus kami kembangkan,” tegas Indra.
Dalam hal ini, BRI Peduli menyalurkan bantuan infrastruktur seperti gudang Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) Bank Sampah Induk, pembangunan workshop (bengkel perbaikan mesin pengolahan sampah) dan bantuan kendaraan pengangkut sampah.