Yuli Purwanto, Pendekar Pencak Silat di Negeri Pusat Bela Diri, Jepang
Awalnya Coba-Coba, Sekarang Berat Balik Indonesia"Ya, pulang sesekali saat liburan saja. Tapi, umumnya tidak saat hari raya. Saya biasanya pulang kalau bertepatan ada even silat di Indonesia, terutama Merpati Putih," ucap pria asli Jogjakarta itu.
Ipung yang lahir 17 Juli 1961 tersebut mengenang, pengembangan pencak silat di Jepang terjadi secara alami. Semula olahraga itu diajarkan hanya untuk meramaikan event di KBRI atau di Balai Indonesia di Tokyo dengan cara membuat atraksi dan pertunjukan seni.
"Rencana awal itu seminggu atau maksimal dua minggu saja saya di Jepang untuk memberikan latihan singkat," ujar Ipung yang diundang khusus ke Jepang untuk memberikan pelatihan singkat pencak silat.
Di luar dugaan, animo masyarakat Jepang yang menyaksikan pergelaran pencak silat cukup tinggi. Setelah pertunjukan, banyak yang datang untuk bertanya dan menyatakan minat mempelajari pencak silat.
Regulator, dalam hal ini IPSI dan KBRI, kemudian memutuskan para pendekar silat di Jepang itu bertahan sampai enam bulan. Animonya tetap tinggi, lalu masa tinggal mereka diperpanjang lagi menjadi setahun.
"Animonya besar karena banyak warga di sini yang minta dilatih. Kebetulan IPSI juga punya rencana skala besar. Sebab, kalau Jepang tertarik, kan bisa ikut kejuaraan dunia juga dan itu baik untuk silat," ulasnya.
Akhirnya Ipung bersama dua pelatih lainnya, yaitu Susilo dari perguruan silat Perisai Diri dan Jaja dari Silat Panglipur, menggeber pembentukan atlet pencak silat asal Jepang agar bisa mengikuti kejuaraan dunia di Indonesia pada 1997.
"Istilahnya, kita karbit," katanya.