Yuli Purwanto, Pendekar Pencak Silat di Negeri Pusat Bela Diri, Jepang
Awalnya Coba-Coba, Sekarang Berat Balik IndonesiaLatihan keras dan rutin dilakukan di Balai Indonesia. Namun, Ipung dkk hanya menargetkan atletnya mengikuti kelas seni, belum sampai kelas tarung.
"Kita tidak target juara. Tapi Alhamdulillah, penampilan dari Jepang ini sangat bagus meski tidak juara. Belum medali memang, tapi dari situ mulai jadi perhatian," kisahnya.
Even berikutnya di Belgia, atlet silat dari Jepang mulai meraih medali, menempati juara kedua kelompok seni. Begitu juga kejuaraan terakhir di Indonesia, tepatnya di Padalarang, Jawa Barat, pada November 2013. Kontestan dari Jepang meraih juara kedua.
"Poinnya hanya kalah tipis dari peserta asal Jakarta Selatan," sebut Ipung yang ikut mendampingi atletnya berlaga itu.
Setelah even pertama sampai dengan tahun lalu, secara konsisten perwakilan dari Jepang mengikuti kejuaraan dunia pencak silat. Ipung bangga karena pencak silat dari "negaranya" saat ini mulai disejajarkan dengan negara lain yang terlebih dahulu mempelajari silat.
Semangat Ipung mengembangkan silat di Jepang tidak terlepas dari kuatnya dukungan finansial saat itu, terutama dari Grup Bimantara. Terlebih, statusnya kala itu masih lajang sehingga kuat mengembara di negara rantau.
Walau kemudian, dukungan finansial tersebut tidak bertahan lama karena Indonesia terkena krisis moneter pada 1998. Ipung tidak patah semangat. Meski, dalam hati dia sempat khawatir karena kebutuhan biaya hidup di Jepang relatif tinggi. Untung, tidak lama kemudian dia ditawari KBRI untuk bekerja di bagian sekuriti.
Ipung yang saat itu belum sempat meraih gelar sarjana karena kuliahnya di Jurusan Seni Murni, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, terhenti di semester tujuh menerima sepenuh hati tawaran tersebut.