Yusron Ihza Mahendra, Berhenti Merokok, Kini Penghobi Sepeda
“Kalau di kantor, kan kita sebagai diplomat susah bercanda. Serbasibuk, serba berpakaian rapi, pakai jas dan dasi, waktu bertemu terbatas. Saya ingin menghilangkan batas itu,” ujar doktor bidang politik internasional Tsukuba University, Jepang, tersebut.
Ide itu akhirnya muncul saat Yusron diundang Gubernur Prefektur Ehime (setingkat provinsi) Mr Tokihiro Nakamura untuk bertemu di ibu kota Matsuyama. Sang gubernur memperkenalkan ciri khas Ehime yang dikenal sebagai surga cycling bagi warga dan pelancong. Ehime memiliki Seto Inland Sea atau Seitonaikai, laut yang dikelilingi daratan Ehime yang notabene merupakan wilayah kepulauan.
Di sana terdapat sembilan jembatan yang menghubungkan berbagai wilayah dan pulau di Prefektur Ehime dengan berbagai kontur serta pemandangan khas Negeri Sakura yang indah. Pemerintah setempat memanfaatkan kondisi itu sebagai tempat para cyclist menikmati keindahan. “Di sana pesepeda dari berbagai negara datang, bahkan sampai puluhan ribu setiap tahun,” kata Yusron.
Dia lupa nama turnamen atau kegiatan sepeda yang digelar di Ehime. Namun, jika merujuk pada situs wisata Ehime, kegiatan bersepeda itu bernama Shimanami Kaido Cycling. Rata-rata pelancong membawa sepeda mereka untuk menikmati keindahan menyusuri pulau demi pulau di Ehime.
Namun, bagi yang tidak membawa sepeda, mereka bisa menyewa di rental sepeda yang tersebar di sana. “Setelah melihat itu, saya yang sudah lama tidak bersepeda jadi ingin bersepeda lagi,” kata Yusron bersemangat.
Jadilah Yusron memilih sepeda sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan para staf KBRI, terutama di Tokyo. Menurut dia, ada keuntungan juga memilih sepeda sebagai hobi baru. Selain untuk berolahraga, harga sepeda di Jepang tidak semahal di Indonesia.
“Misalnya, Cannondale di Jakarta sampai Rp 58 juta. Dengan spek yang sama, di sini hanya Rp 18 juta atau paling mahal Rp 36 juta,” ungkap pemilik tiga sepeda, Panasonic (sepeda elektrik komuter) serta Cannondale dan Wilier (keduanya road bike) itu.
Dari biasanya bertemu dengan mengenakan jas dan dasi rapi, Yusron mulai mengajak para staf KBRI untuk bersepeda bersama. Menurut dia, dengan bersepeda, kekakuan saat bekerja tidak terlihat lagi. Cukup dengan baju dan celana pendek saat musim panas atau jaket tebal saat musim gugur di Jepang, dia mengajak para staf KBRI bersepeda.