jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menuturkan, soal Ujian Nasional Berstandar Nasional (USBN) nantinya 10 persen berbentuk esai.
Muhadjir menuturkan porsi soal esai 10 persen itu ditujukan agar siswa bisa beradaptasi dengan model soal baru yang selama ini semuanya pilihan ganda.
BACA JUGA: Mendikbud: Mayoritas Guru tak Bisa Bikin Soal Berkualitas
Soal esai juga ditujukan untuk menaikan secara bertahap standar evaluasi dan standar kompetensi siswa.
Sehingga para siswa bisa memiliki kemampuan 4 C. yakni critical thinking, collaboration, communication skill, dan creativity and innovation.
BACA JUGA: USBN SD Tidak Wajib Pakai Komputer
”Itu tidak mungkin siswa itu hanya dipatok kemampuanya bisa menyelesaikan soal-soal multiple choice,” ujar Muhadjir di Kantor Kemendikbud, Rabu (10/1).
Bisa jadi pemerintah akan menaikan porsi 10 persen soal esai itu menjadi 20 persen pada tahun berikutnya sesuai hasil evaluasi.
BACA JUGA: USBN SD, 90 Persen Soal Pilihan Ganda
USBN untuk jenjang SD akan diberlakukan bagi tiga mata pelajaran yakni Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Matematika.
Tidak seperti yang muncul sebelumnya dengan delapan mata pelajaran. Mata pelajaran tersebut sebelumnya merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam US/M.
Komposisi soal itu akan dibuat oleh pemerintah pusat sekitar 25 persen. Sedangkan 75-80 persen dibuat oleh guru mata pelajaran dan dikonsolidasikan dengan Kelompok Kerja Guru (KKG).
Sekolah diberi kewenangan untuk menentukan bobot tiap soal tersebut. Termasuk soal esai.
Sedangkan mata pelajaran Pendidikan Agama, PPKN, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, Panjaskes dan Olah raga seluruhnya disiapkan sekolah.
Di jenjang SMP, SMA, dan SMK sederajat seluruh mata pelajaran akan diujikan dalam USBN. Model soalnya 90 persen pilihan ganda dan 10 persen esai.
Soal tersebut disiapkan oleh guru dan dikonsolidasikan dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Sedangkan untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB seluruh soal dibuat oleh sekolah berdasarkan kisi-kisi dari kemendikbud.
Muhadjir menuturkan salah satu titik berat dalam USBN adalah membuat guru bisa menyiapkan soal.
Bukan sekadar mencari soal dari lembar kerja siswa atau lembaga bimbingan belajar. Kemendikbud sudah melatih para guru untuk membuat soal yang sesuai dengan standar.
”Tidak boleh guru tidak bisa membikin alat evaluasi atau alat evaluasinya menjahitkan ke pihak lain. Itu berarti selama ini digunakan oleh guru yang hasil jahitan orang lain itu berarti tidak cocok dengan seharusnya,” tegas mantan Rektor Unmuh Malang itu.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Hamid Muhammad menambahkan pembobotan soal diserahkan kepada sekolah.
Pemerintah dalam USBN hanya menstrandarkan tiga hal yakni kisi-kisi, soal jangkar (anchor) yang sudah mewakili kelompok-kelompok kompetensi yang harus dimiliki siswa, dan cara membuat soal yang baik melalui pelatihan guru. ”Kalau bobot segala macam udahlah kita serahkan kepada sekolah,” ujar dia.
Dia menuturkan teksnis jumlah soal untuk masing-masing jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK sederajat akan dicantumkan dalam prosedur operasional standar (POS).
Ditargetkan POS itu dalam pekan ini bisa rampung. ”(soal anchor) itu sudah ada banknya,” jelas dia. (jun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendikbud Alokasikan Rp 959 Miliar untuk NTT
Redaktur & Reporter : Soetomo