Acara peringatan Tri Suci Waisak juga disambung dengan kegiatan Visudhi Upasaka atau pengucapan ikrar (serupa credo dalam tradisi Katolik, Red), yang diikuti oleh 112 umat
BACA JUGA: Tiga Ribu Umat Rayakan Waisak
"Kami mengira konsentrasi umat akan berlangsung pada puja bhakti di sore hari, yang waktunya juga lebih fleksibelSeperti biasa, puja bhakti Detik-detik Waisak 2554 kemarin diisi dengan ritual penghormatan dan pembacaan Paritta, serta Visakha Puja Gatha atau Syair Penghormatan Waisak
BACA JUGA: Waisak, Lebih dari Sekadar Meditasi
Hingga beberapa menit menjelang Detik-detik Waisak pada pukul 07.06.03 WITA, umat pun dipimpin oleh Bhikkhu Dhammadiro Mahathera untuk melakukan meditasi sekitar lebih dari 15 menit, dengan diiringi bunyi lonceng dan tambur"Kita seharusnya menjadi umat Buddha yang tidak main-main, dalam menjalankan Dhamma," tutur Bhikkhu Dhammadiro Mahathera, dalam salah satu penekanannya.
Usai puja bhakti, umat diajak untuk ikut melepas balon pengharapan Waisak 2554 di pelataran ruang Dhammasala, atau ruang utama vihara
BACA JUGA: KPK Segera Cari Bukti dan Informasi Tambahan
Namun tak seberapa lama, fokus acara pun beralih pada Visudhi Upasaka, atau pengukuhan ikrar umat untuk sungguh-sungguh menjalankan ajaran Buddha Dhamma, yang ditandai dengan pembacaan permohonan ikrar serta pemberian nama Buddhis langsung oleh Bhikkhu Dhammadiro Mahathera."Sejak pertama kali dibuka pendaftaran untuk Visudhi Upasaka hingga beberapa menit sebelum seremoni dilangsungkan, tercatat ada 112 orang yang berpartisipasi untuk mendapatkan nama BuddhisAda umat dari Nunukan maupun Bontang yang ikut mendaftar secara spontan," tutur Feri Go, koordinator pelaksana Visudhi Upasaka ini.
Dengan dipimpin oleh Pandita Madya Padma Dhyana, 112 peserta yang memiliki rentang usia berbeda itu membacakan permohonan Visudhi, yang berisi keinginan mereka untuk sungguh-sungguh menjalankan ajaran Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-harinyaMereka sendiri sudah menjalankan gladi bersih beberapa kali, sehingga seremoni Visudhi Upasaka kemarin relatif lancar.
"Nama Buddhis di sini bukan menggantikan nama resmi yang tercatat di Kartu Tanda Penduduk (KTP), melainkan nama spiritual layaknya tradisi pemberian nama baptis dalam tradisi spiritual Katolik," jelas Feri pula.
Nama yang diberikan sendiri menggunakan bahasa India dialek Pali, atau salah satu dialek umum yang digunakan Sang Buddha saat membabarkan ajarannyaUmumnya terdiri atas gabungan dari dua kata dan memiliki arti yang bagus, serta khusus disusun oleh bhikkhu-bhikkhu senior dengan pertimbangan tertentuSalah satu contohnya, seperti umat yang bernama Agustinus Santoso, yang memiliki nama Buddhis, Aggapanno, yang berarti "Kebijaksanaan yang indah" (Agga: indah; Panno: bijaksana, Red).
Sementara itu, puja bhakti sesi kedua berlangsung sejak pukul 17.00 WITAUmat yang hadir pun mencapai lebih dari 800 orangBahkan, jumlah bhikkhu yang hadir pun lebih banyak lagi, antara lain yakni Bhikkhu Dhammadiro Mahathera, Bhikkhu Erick asal Thailand, Bhikkhu Adhikusalo Thera, serta dua orang samanera (calon bhikkhu) yang berasal dari BalikpapanBerbeda dengan upacara puja bhakti di pagi hari, kemarin sore umat Buddha juga melakukan ritual tambahan berupa Paddakhina atau Pradakhsina, yakni mengelilingi komplek Vihara Muladharma sebanyak tiga kali(lee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pulang Kandang, Anggito Ingin Gaji Wajar
Redaktur : Tim Redaksi