Waisak, Lebih dari Sekadar Meditasi

Sabtu, 29 Mei 2010 – 03:33 WIB
KHUSYUK - Ribuan umat Buddha melakukan meditasi dengan khusyuk saat menyambut detik-detik Waisak, Jumat (28/5) pagi kemarin, di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Foto: M Syukron/Radar Jogja.
UMAT Buddha di hampir seluruh pelosok nusantara, Jumat (28/5) kemarin, kembali merayakan salah satu momen penting dan suci dalam ajarannyaItulah perayaan hari raya Waisak, yang meski dirayakan sekali dalam setahun oleh segenap umat Buddha, namun sejatinya merefleksikan inti ajaran yang senantiasa diyakini dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh para penganutnya

BACA JUGA: KPK Segera Cari Bukti dan Informasi Tambahan

Wujudnya antara lain adalah dalam sejumlah kegiatan upacara khusyuk di pusat-pusat peribadatan Buddha, mulai dari Candi Borobudur di Magelang, hingga berbagai vihara di pelosok negeri.

Candi Borobudur di Magelang misalnya, kemarin menjadi salah satu tempat bersejarah peringatan detik-detik Waisak 2010 yang dilakukan bersama oleh umat Buddha, yang tergabung dalam Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi)
Detik-detik Waisak yang jatuh pada pukul 06.07.03 WIB tersebut diperingati dengan meditasi oleh KASI di stupa puncak candi, serta Walubi di sisi barat daya candi

BACA JUGA: Pulang Kandang, Anggito Ingin Gaji Wajar

Suasana khidmat benar-benar terasa di pagi tersebut.

Biksu dan umat Buddha dari KASI melakukan meditasi dipimpin Suhu Widya Sasana dan Biksu Kusala Phasa
Mereka naik ke candi itu dari pintu selatan, sejak pukul pukul 05.00 WIB

BACA JUGA: Hari Ini Penentuan Arah Kiblat

Kemudian pradaksina di tiga tingkatan candi, masing-masing tiga kali putaran searah jarum jamSaat prosesi tersebut, dibacakan doa, parita, sutra dan mantra, dengan sesekali mereka membungkuk dan mencium tanah selama beberapa saat.

Tepat pukul 06.07.03 WIB, suasana terkesan makin hening, karena mereka bermeditasi selama sekitar lima menitSuhu Widya pada kesempatan itu menyampaikan doa untuk keselamatan bangsa Indonesia dan kesejahteraan masyarakat.

Sebelumnya, KASI pun menyelenggarakan puja bhakti dan renungan di pelataran Candi Mendut, sejak Kamis malam hingga Jumat dinihariPuja bhakti dipimpin Pandita Dharmanandi Chandra dari Majelis Agama Budha Theravada IndonesiaSedangkan renungan Waisak, dipimpin oleh Biksu Jotidhammo Mahathera.

Dalam renungannya, Jotidhamo Mahathera mengatakan bahwa Tri Hari Suci adalah memperingati saat kelahiran, pencapaian penerangan sempurna, serta saat mangkat dari manusia biasa yang rela meninggalkan keduniawian demi harapan mengatasi penderitaan hidup yang didambakan semua makhluk"Selama kurang lebih enam tahun lamanya, beliau (Sang Buddha) meninggalkan kenikmatan dunia, termasuk rela meninggalkan istri dan anaknya, untuk mengelembana dan bertapa serta menderita senggaraSemua itu dilakukannya, demi cintanya pada semua makhluk agar terbebas dari penderitaan," terangnya, sambil meminta umat Buddha untuk lebih menghayati keagungan Sang Buddha dengan menjalankan sembilan sifat luhur.

:TERKAIT Usai renungan, upacara dilanjutkan dengan meditasi dan pemercikan air berkah dari beberapa biksu perwakilan Sangha Mahayana, Agung dan Sangha TheravadaSiangnya sekitar pukul 13.00 WIB, dilakukan arak-arakan Puja Bhakti dari Candi Mendut melewati Candi Pawon, hingga berakhir di Candi BorobudurSesampai di pelataran timur Candi Borobudur, mereka kembali melakukan puja bhakti dan meditasi, diawali pembakaran dupa oleh pimpinan Bhikkhu dari 3 Sangha.

Sementara Bhikkhu Dhammhakaro Thera, dalam pesan waisaknya menuturkan jika Waisak merupakan sejarah umat manusia"Waisak merupakan kemenangan umat manusia saat Sidharta mencapai pencerahan dengan usahanya sendiriKarena itu, kita harus kembali menegakkan kebenaran yang selama ini sudah terkurung dalam kenikmatan duniawiKejujuran, ketulusan hati, keadilan dan kebijaksaan batin, harus disegarkan kembali," pintanya.

Sementara itu, biksu dan umat dari Walubi melakukan meditasi detik-detik Waisak di pelataran barat daya zona I Candi BorobudurAltar utama yang telah berdiri sejak lima hari yang lalu itu, berhiaskan patung Sang Buddha warna kuning emas berhias rangkaian bunga dan buah, air suci, api dharma, bendera Merah Putih, Walubi, serta Dewan Sangha WalubiUmat dengan sikap tangan "anjali" bersila di atas tikar pelataran itu untuk mengikuti meditasi detik-detik Waisak selama sekitar tiga menitDalam meditasi, umat diingatkan oleh biksu untuk selalu sadar berbuat baik kepada sesama.

Pada kesempatan itu, Biksu Wong Sing An menyampaikan renungan Waisak 2010, lalu dilanjutkan dengan pembacaan doa secara bergantian oleh setiap dewan sangha WalubiDi antaranya adalah Sangha Theravada, Tantrayana, Majubuthi dan sebagainyaDalam renungannya, bante Wong Sing An mengingatkan bahwa panas matahari dan dahsyatnya banjir seperti yang diramalkan oleh suku Maya bahkan kemudian difilmkan, ternyata tidak ada artinya dibandingkan dengan hawa nafsu manusiaKarena menurutnya, justru hawa nafsu manusia merupakan bencana yang paling dahsyat di muka bumi ini.

Sementara itu, Bhiksu Tadisa Paramita Sthavira, Koordinator Sangha Walubi, dalam pesan Waisaknya mengatakan bahwa terlahir sebagai manusia sungguh sukar diperoleh, namun mendapatkan fisik dan mental sehat lebih sulit lagiMakanya katanya, sungguh beruntung terlahir di jaman perdamaian dan tertibnya hukum, sehingga segala kebutuhan terpenuhi.

"Dalam kehidupan bisa berjodoh dan memiliki keyakinan kepada Sang Triratna adalah berkah tiada ternilaiTetapi masih banyak orang tidak menyadari, mensyukuri dan berterima kasih atas segala keberuntungannyaMalah, banyak manusia awam senang berkhayal dan memelihara tiga racun yang berakibat hidup jadi susah dan menderita," katanya pula.

Usai menyampaikan pesan Waisaknya itu, para biksu kemudian menyipratkan air berkah yang diambil dari Umbul Jumprit Temanggung, kepada seluruh umat Buddha yang mengikuti proses ituSelanjutnya, mereka melakukan prosesi Waisak di seputaran Candi Borobudur hingga Candi Pawon, yang berjarak sekitar 3 km(dem)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mayoritas Perempuan Korban Rokok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler