jpnn.com, PALEMBANG - Sebanyak 1.153 dari total 20.934 peserta tidak hadir dalam tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang digelar, Selasa (16/5). Panitia langsung menyatakan mereka gugur.
“Otomatis gagal. Yang ikut saja belum tentu lulus, apalagi yang tidak ikut,” ungkap Ketua Panitia Lokal (Panlok) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Sriwijaya, Prof Dr Zulkifli Dahlan MSi DEA, kemarin.
BACA JUGA: Gubrak! Pilar Jembatan Ampera Retak Ditabrak Tongkang Bermuatan Batubara
Siapa saja yang gagal? Terdata 1.143 dari 20.824 peserta tidak ikut Paper Based Test (PBT) atau ujian tertulis kertas dan pensil di Kampus Unsri Bukit Besar. Sedangkan 10 dari 110 peserta tidak ikut Computer Based Test (CBT) di Laboratorium Komputer Kampus Fakultas Kedokteran (FK) Unsri, Jl Madang, Sekip.
Panitia tidak mendapatkan konfirmasi mengenai ketidakhadiran 1.153 peserta tersebut. Namun, Zulkifli mengungkapkan beberapa kemungkinan. Pertama, peserta yang sudah beli nomor tidak jadi ikut SBMPTN. Kedua, peserta pindah pilihan program studi (prodi). Ketiga, sudah datang, tapi memutuskan untuk pulang.
BACA JUGA: Rel Siap Dipasang, Progress LRT Palembang Capai 42 Persen
“Kemungkinan lain, sudah beli nomor di Unsri, tapi kemudian ke Jakarta dan ikut tes di sana,” jelasnya. Hasil evaluasi secara keseluruhan, pelaksanaan tes SBMPTN Unsri tahun ini berjalan lancar sesuai yang direncanakan.
Diakuinya, peserta SMBPTN dengan metode PBT masih dominan dibandingkan dengan CBT. “Tahun ini hanya 120 peserta. Sisanya, 20 ribuan peserta masih ujian tulis dan pensil,” beber Zulkifli di Kantor Sekretariat SBMPTN Unsri 2017.
BACA JUGA: PTN Wajib Sediakan 20 Persen untuk Program Bidik Misi
Menurut dia, aturan Kemenristek Dikti yang mewajibkan penggunaan sistem Local Area Network (LAN) atau jaringan internet kabel hanya dipergunakan untuk cakupan wilayah yang kecil.
“Sudah dalam dua kali penyelenggaraan SBMPTN kami hanya bisa melaksanakannya di Laboratorium Komputer FK Unsri Madang. Di sana pakai sistem jaringan LAN. Sedang tempat lain menggunakan sistem nirkabel atau wireless,” ungkap Zulkifli.
Alasan menggunakan sistem LAN yakni kestabilan jaringan internet ketika ujian berlangsung lebih baik ketimbang sistem wireless. Padahal, menurut Zulkifli, sistem wireless yang dimiliki Unsri saat ini sudah berkapasitas tinggi. Bahkan aula di Kampus Unsri Bukit Besar bisa dipakai 500 user.
“Sisi efisiensi, ujian berbasis komputer jauh lebih baik. Tapi memang tidak mudah, butuh persiapan khusus,” cetusnya.
Pantauan Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) di kampus FK Madang, pelaksanaan tes SBMPTN sistem CBT berlangsung tiga sesi. Pertama dimulai pukul 07.30-09.15 WIB dengan materi yang diujikan meliputi sains dan tekhnologi (saintek) dan campuran.
Dilanjutkan dengan peserta jurusan sosial dan hukum (soskum) dan campuran yang terdiri dari dua sesi. Pukul 10.00-11.45 WIB untuk sesi pertama serta pukul 13.15-14.30 WIB sesi kedua. “Tidak ada kendala,” ungkap Alfarizi, seorang panitia pengawas.
Rani, 18, seorang peserta ujian SBMPTN sistem CBT mengaku lebih enjoy ketimbang harus menggunakan kertas. “Karena memang sudah terlatih selama ini, ujian menggunakan komputer lebih gampang. Tidak perlu repot-repot melingkari pakai pensil,” tutur alumnus salah satu SMA Negeri di Palembang ini.
Sementara itu, sebanyak 1.320 calon mahasiswa (cama) non-Bidikmisi Unsri yang lulus SNMPTN melakukan registrasi ulang, kemarin. "Pengumuman hasil registrasi ulang akan dilaksanakan 26 Mei dan kuliah perdana 8 Agustus,” ujar Kepala BAAK Unsri di Inderalaya, Drs Djunaidi. Menurutnya, dalam tes kesehatan, ada beberapa item yang diperiksa.
Mulai dari mata hingga pengambilan tes urine. “Tujuannya, memastikan apakah calon mahasiswa terindikasi narkoba atau tidak,” lanjutnya. Dan kalau ternyata terindikasi narkoba, maka sampelnya dikirim ke pusat Jakarta. Bila hasilnya positif, maka mahasiswa yang bersangkutan bisa digugurkan,
“Selama ini belum pernah ditemukan calon mahasiswa yang dinyatakan positif narkoba,” terangnya. Sedang pemeriksaan mata bertujuan untuk memastikan calon mahasiswa buta warna atau tidak.
Sebab, ada fakultas yang mengkhususkan tidak menerima mahasiswa yang buta warna. Seperti Kedokteran dan Kimia. “Bila mahasiswa ternyata buta warna dan mengambil fakultas kedokteran dan kimia, bisa jadi digugurkan,” lanjut Djunaidi.
Dia mengingatkan, peserta harus registrasi ulang. Yang tidak melakukan itu dinyatakan gugur. Untuk syarat administrasinya, ada enam item yang harus dilakukan calon mahasiswa. Yakni membuat pernyataan tidak terlibat narkoba, wajib membayar uang kuliah tunggal (UKT), menjaga nama baik civitas akademika dan lainnya.(kms/sid/tau/nan/ce1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 797.023 Siswa Ikut SBMPTN, Target Sistem CBT Meleset
Redaktur & Reporter : Budi