12 Eks Presiden BEM Jadi Caleg PAN demi Tuntaskan Reformasi

Selasa, 22 Mei 2018 – 22:33 WIB
Bendera Partai Amanat Nasional (PAN).

jpnn.com, JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) memperoleh energi tambahan. Ada 12 mantan presiden mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang memutuskan bergabung dengan partai pimpinan Zulkifli Hasan itu.

Ke-12 mantan presiden mahasiswa yang bergabung dengan PAN adalah Dempo Xler, Thomas Warijo, Faldo Maldini, Ronald Akhyar, Syamsul Hidayat, Herli Antoni, Atma Winata, Wawan Gunawan, Buhanudin, David Nurfianto, Gifari dan Hendri Satrio. Mereka mendatangi kantor DPP PAN di Jalan Senopati 113, Jakarta Selatan, Selasa (22/05) sore.

BACA JUGA: Ketua MPR: Hasil 20 Tahun Reformasi Masih Jauh dari Harapan

Dempo Xler mengatakan, para mantan presiden mahasiswa memutuskan bergabung dengan PAN untuk menuntaskan agenda reformasi. Untuk itu, mereka mencoba menjadi calon anggota legislatif (caleg) di Pemilu 2019 melalui PAN.

"Kami berkumpul di sini dengan tekad dan niat yang sama, bahwa kami sedang resah dengan kondisi bangsa kita, khususnya bagi kami yang di daerah. Dan saya memilih PAN karena partai ini adalah anak kandung reformasi," ungkap Dempo yang juga mantan presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Bengkulu.

BACA JUGA: Mahasiswa Sebut Jokowi Haram, Fadli Zon Bilang Begini

Sedangkan Thomas Warijo mengaku memilih bergabung dengan PAN karena didasari kegelisahannya di Papua. Mantan Presiden BEM Universitas Cendrawasih Jayapura itu menilai kesenjangan ekonomi dan sosial di Papua sangat mencolok.

"Hari ini, kami berkumpul dengan niat yang sama untuk menuntaskan cita-cita reformasi. Papua juga ingin merasakan keadilan pembangunan, baik infrastruktur maupun sumber daya manusianya," tegas Thomas.

BACA JUGA: Zulkifli Hasan: Ayo Kembali ke Nilai Luhur Bangsa

Merespons keputusan para presiden mahasiswa itu, Ketua Komite Pemenangan Pemilu Nasional (KPPN) PAN Hanafi Rais menegaskan bahwa partainya lahir dari semangat reformasi. PAN terlahir dari gerakan mahasiswa 1998 untuk mendorong perubahan dan mengawalnya.

"Jadi partai ini lahir bukan karena dorongan kekuatan modal, bukan dorongan kekuatan jaringan internasional. Tapi lahir dan besar hingga sekarang ini karena gagasan para aktivis ketika itu, yang kita kenal dengan MARA. Kemudian dengan kesadaran penuh melahirkan partai kita ini," ujarnya.

Wakil ketua umum PAN itu menambahkan, merujuk latar belakang sejarah maka partainya menjadi rumah bagi para aktivis. Karena itu Hanafi mengapresiasi para mantan presiden mahasiswa yang telah memilih bergabung dengan PAN.

“Rebutlah kursi-kursi kekuasaan itu, karena kekuasaan itu tidak untuk ditunggu, tetapi untuk kita rebut secara bersama-sama. Agar bisa kita isi dengan kemaslahatan bagi seluruh rakyat dan mengawal tuntas agenda reformasi," harap Wakil Ketua Komisi I DPR RI ini.

Sedangkan aktivis yang juga pengamat politik Syahganda Nainggolan mengatakan, peran tokoh sentral PAN Amien Rais dalam reformasi jelas tak bisa dinafikan. Amien, kata Syahganda, getol mendesak Soeharto segera turun dari kursi kepresidenan saat penguasan Orde Baru itu sangat berkuasa.

"Beliau sebagai tokoh yang dengan lantang berani meneriakkan bahwa Soeharto harus turun. Setiap gerakan massa memang punya pemimpin dan itulah Amien Rais," tandasnya.

Karena itu Syahganda mendorong para aktivis zaman now ini untuk menuntaskan agenda reformasi dengan meluncurkan reformasi jilid dua. Menurutnya, reformasi jilid satu telah melenceng dari cita-cita awal yang ditandai pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik dan demokrasi elektoral yang melahirkan rezim pencitraan dan modal.

"Kesenjangan makin tinggi dan modal hanya terakumulasi pada segelintir orang, semuanya transaksional," pungkas Syahganda.(jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Contohlah Agus Salim, Memimpin Bukan untuk Timbun Harta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler