jpnn.com, MADINA - Puluhan siswa yang tengah belajar kelas sore di SD Negeri 235, Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara diterjang air bah yang datang dari Sungai Aek Saladi.
Dari 29 siswa, 12 di antaranya ditemukan meninggal. Sedangkan dua guru ditemukan selamat. ”Murid-murid yang meninggal disebabkan tertimpa bangunan yang hancur diterjang banjir sejak Jumat (12/10),” tutur Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat di BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional.
BACA JUGA: Banjir di Sumut dan Sumbar, Puluhan Orang Meninggal Dunia
Jumlah keseluruhan yang meninggal ada 20 orang. Sedangkan daerah yang terdampak Kabupaten Mandailing Natal, Kota Sibolga, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Pasaman Barat.
”Murid madrasah di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal yang meninggal disebabkan tertimpa bangunan yang hancur diterjang banjir sejak Jumat (12/10),” tutur Sutopo.
BACA JUGA: Dua Remaja Tewas Tenggelam di Kolam Milik PT Sorik Marapi
Kejadian tersebut terjadi saat sore hari dan kebetulan sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar. Sutopo menuturkan bahwa Sungai Aek Saladi tiba-tiba banjir. Banjir tidak hanya air saja namun juga lumpur.
”Jumlah korban hilang masih dapat berubah karena belum dapat dipastikan. Korban tertimbun lumpur dan material tembok yang roboh,” ucap Sutopo.
BACA JUGA: Bayi Perempuan Berbalut Plastik Dibuang Ibunya di TPS
Berdasarkan data BNPB, kerugian akibat banjir bandang dan longsor di Mandailing Natal antara lain adalah 17 unit rumah roboh, lima unit rumah hanyut, dan ratusan rumah terendam banjir. Dengan ketinggian 1-2 meter di Kecamatan Natal dan Muara Batang Gadis. ”Delapan titik longsor berada di Kecamat Batang Natal,” ucapnya.
Sutopo menjelaskan, evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban masih dilakukan. Desa-desa terdampak berada di pegunungan, pinggir hutan, dan akses sulit dijangkau karena rusak menjadi penyulit.
Bupati Mandailing Natal Dahlan Hasan Nasution telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor selama tujuh hari hingga 18 Oktober nanti. ”Kebutuhan mendesak adalah bahan makanan pokok dan alat berat,” beber Sutopo.
Di tempat lain, hujan juga menyebabkan longsor di beberapa daerah di Kota Sibolga, Sumatera Utara pada Kamis lalu (11/10) pukul 16.30 WIB. Longsor tersebut menyebabkan empat orang meninggal dunia, satu orang luka berat, dan tiga orang luka ringan.
”Kerugian material meliputi 25 rumah rusak berat, empat unit rumah rusak sedang, dan sekitar 100 rumah terendam banjir dengan tinggi 60-80 centimeter,” tuturnya.
Sementara itu, banjir bandang juga terjadi di Nagari Tanjung Bonai, Jorong Kalo-Kalo, Jorong Ranah Batu di Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat pada Kamis lalu pukul 20.30 WIB. Banjir bandang menyebabkan empat orang meninggal dunia, dan tiga orang hilang.
”Bupati Tanah Datar telah menetapkan masa tanggap darurat selama tujuh hari. Pembukaan dapur umum untuk relawan dan masyarakat terdampak telah didirikan,” katanya.
Tempat lain yang terdampak bencana adalah Kabupaten Pesaman Barat juga terjadi longsor dan banjir. (lyn/edi/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Penyebab Bayi Terlahir dengan Hanya Satu Mata di Kening
Redaktur & Reporter : Adek