jpnn.com, AGAM - Sekitar 15 ton ikan air tawar mati mendadak dan bertebaran di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Para pembudidaya ikan yang memanfaatkan Keramba Jaring Apung (KJA) di kawasan danau tersebut pun gigit jari.
BACA JUGA: Satu Ton Ikan Nila Mati di Danau Maninjau, Petani Merugi Puluhan Juta
Ikan-ikan nila yang mereka budidayakan mati bertebaran.
Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam Sumatera Barat mengungkapkan kematian ikan ditemukan di Nagari Bayua dan Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya.
BACA JUGA: 109 Ton Ikan Nila Mati Mendadak di Danau Toba
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam Ermanto menyebut, ikan yang mati berasal dari sekitar 50-100 petak KJA milik belasan pemodal atau pembudidaya di dua nagari tersebut.
Kematian ikan ditemukan tidak merata dan paling banyak dijumpai di Nagari Bayua.
BACA JUGA: Penjelasan KKP soal Fenomena Ikan Mati Mendadak di Malut
“Ada sekitar 15 pemodal atau pembudidaya yang mengalami kematian ikan di KJA mereka. Fenomena ikan mati massal secara mendadak ini kali pertama diketahui Senin (1/2)," kata Ermanto, Rabu (3/2) seperti dikutip dari Padek.
Ikan yang mati umumnya ikan yang siap panen. Hanya sebagian kecil ditemukan ukuran kecil.
Dengan harga ikan nila saat ini Rp 23.000 per kilogram di tingkat pembudidaya, kerugian dialami masing-masing pemilik keramba sekitar Rp 345 juta.
Menurutnya, penyebab kematian ikan tersebut diawali cuaca ekstrem yang melanda wilayah sekitar dalam sepekan terakhir.
Sejak Jumat (29/1) sore katanya, kawasan danau dilanda angin kencang.
Anomali cuaca ekstrem ini berdampak pada penurunan suhu air danau.
Kondisi itu menyebabkan ikan kehilangan keseimbangan dan mencelakai ikan sehingga mati mendadak.
"Orang danau biasa menyebutnya angin darat. Kondisi ini memicu terjadinya perubahan suhu," katanya. (p/padek)
Redaktur & Reporter : Adek