jpnn.com - SERANG - Sebanyak 20 hektar sawah di Kampung Mandek, Desa Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, mengalami kekeringan. Hal ini terjadi karena sawah-sawah tersebut jauh dari sumber air.
Selain itu, cuaca yang tidak menentu dan debit air kali Cibanten serta air irigasi Pamarayan juga terus berkurang, sehingga tidak bisa mengairi seluruh sawah di bagian hilir, seperti Kasemen.
BACA JUGA: Kemenhut Sebut Banyak Pengijon Lahan Hutan di Batam
"Akibat kekeringan tersebut banyak petani yang mengalihkan pengelolaan lahan pertaniannya, dari tanaman padi ke palawija. Ada juga petani yang menunda masa tanamnya," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Serang Edinata Sukarya, saat ditemui di sela sidang paripurna istimewa di DPRD Kota Serang, Selasa (24/9).
Diungkapkan Edinata, seharusnya Oktober ini para petani sudah menanam padi. Namun, dengan adanya kekeringan ini, diperkirakan banyak petani yang akan menunda masa tanam mereka. Sebab jika dipaksakan, hasilnya pun akan tidak baik, dan petani akan merugi.
BACA JUGA: Pelaku Pelemparan Batu ke KA Bocah-bocah Iseng
"Jika kekeringan tidak segera diatasi, maka akan mempengaruhi produksi pertanian di Kota Serang. Apalagi anomali cuaca sampai saat ini belum bisa diprediksi, sehingga petani sendiri yang harus menyiasati sistem bertani mereka," katanya.
Edinata menambahkan, daerah yang menjadi langganan kekeringan merupakan daerah yang paling jauh dari kali Cibanten atau saluran irigasi. Saat normal saja, dengan debit air 18 000 liter perdetik, banyak areal pesawahan yang tidak terairi, apalagi saat ini Sungai Cibanten sudah mengering.
BACA JUGA: Penyebab Bentrok Lapas Siantar karena Perlakuan Khusus
"Kami masih menunggu laporan dari kelompok tani, karena sangat mungkin jumlah lahan yang terkena kekeringan terus bertambah," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk mengatasi masalah kekeringan di areal pesawahan yang terjadi setiap tahun di Kecamatan Kasemen, Dinas Pertanian Kota Serang mewacanakan pembangunan kolam penampungan air. Rencana tersebut sangat penting, mengingat debit air kali Cibanten dan air irigasi Pamarayan terus berkurang.
Namun, pembangun kolam penampungan air itu masih mengalami kendala, yaitu belum tersedianya lahan.
"Kalau anggaran, pemerintah pusat sudah menyanggupi. Kalau mencari lahan warga sangat sulit. Karena itu kita berharap ada tanah negara atau bengkok yang siap dibangun kolam. Inilah solusi masalah kekeringan di Kota Serang, di tengah terpaan anomali cuaca dan mengeringnya sumber air dari kali Cibanten dan Pamarayan. Kalau sudah ada kolam penampungan diharapkan bisa dikelola oleh kelompok tani dengan baik," tutur Edinata.
Kepala UPT Pertanian Kecamatan Walantaka Engkos mengatakan bahwa berdasarkan data yang ada, sementara ini belum ada sawah yang kekeringan di wilayahnya. Bahkan di selatan Walantaka saaat ini sudah mulai mengolah tanah untuk persiapan masa tanam Oktober-Maret.
"Sekarang sedang persiapan pengolahan tanah. Pengairn di wilayah ini soalnya berasal dari Baros, sementara di sana hujan sudah mulai sering," katanya.
Kondisi berbeda di bagian utara Walantaka yang terancam kekeringan. Sebab, pengairan di wilayah ini, seperti juga sawah di Kecamatan Kasemen, berasal dari kali Ciujung. Namun, sampai saat ini belum ada penanaman.
Ia juga akan memperingatkan para petani agar tidak menanam padi dahulu jika masih kering, meski masih tetapi berharap dalam beberapa minggu ke depan hujan akn turun. "Kita sih tetap ngejar tanam Okmar (Oktober-Maret-red) dan mudah-mudahan hujan cepet turun," kata Engkos. (toh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bentrok Antarwarga, Satu Tewas
Redaktur : Tim Redaksi