2011, Ekonomi Asia Timur Melemah

Rabu, 08 Desember 2010 – 03:03 WIB

JAKARTA - Kinerja mengesankan yang diraih perekonomian negara-negara Asia Timur tahun ini, diprediksi akan sedikit meredup tahun depanMeski demikian, tingkat pertumbuhan tersebut masih yang terbaik dibandingkan kawasan lain.

Kepala Kantor Kerja Sama Dan Integrasi Ekonomi Asia Development Bank (ADB) Iwan Azis mengatakan, tahun depan, perekonomian Asia Timur dipengaruhi oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi global serta dikuranginya stimulus fiskal dan moneter di kawasan

BACA JUGA: BI Sediakan 766 Tabungan untuk Anak Pengungsi Merapi

"Ini kemungkinan akan membuat pertumbuhan ekonomi di kawasan ini menurun tahun depan," ujarnya melalui laporan ADB yang diterima Jawa Pos, Selasa (7/12).

Laporan ADB tentang perekonomian Asia Timur itu mencakup 10 negara anggota ASEAN ditambah Tiongkok termasuk Hongkong, Korea Selatan, dan Taiwan.

Menurut Iwan, pertumbuhan ekonomi rata-rata di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang kemungkinan akan mencapai 7,3 persen pada 2011
Angka ini turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2010 yang diperkirakan tumbuh 8,4 persen.

Iwan mengatakan, prediksi terbaru untuk tahun 2010 lebih tinggi dari prediksi ADB sebelumnya yang dilakukan pada bulan September

BACA JUGA: Pakai Premium Boros 30 Persen

Dalam laporan Perkiraan Perkembangan Ekonomi Asia Yang Diperbarui (Asian Development Outlook Update) pada bulan September, ADB memperkirakan perekonomian kawasan ini akan tumbuh 8,4 persen tahun ini
"Naik signifikan dibanding pertumbuhan ekonomi pada 2009 yang sebesar 5,4 persen," katanya.

Iwan menyebut, perkiraan pertumbuhan pada tahun 2010 yang diubah menjadi lebih tinggi ini, sebagian besar dikarenakan lebih tingginya pertumbuhan di Tiongkok dari perkiraan semula 9,6 persen, direvisi naik menjadi 10,1 persen pada tahun ini

BACA JUGA: Genjot Penerimaan Negara, UKM Bakal Dipajaki

"Pada 2011, ADB masih mengharapkan ekonomi Tiongkok akan tumbuh 9,1 persen," ucapnya.

Menurut Iwan, pemulihan ekonomi berbentuk huruf V terjadi di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang, dan tantangan bagi kawasan ini adalah menerapkan kebijakan nasional yang akan mengubah pemulihan ekonomi yang cepat ini menjadi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Meski demikian, lanjut Iwan, perekonomian Asia Timur tidak terlepas dari risiko yang mungkin timbulDiantaranya, tantangan kebijakan yang berasal dari lambatnya pemulihan di negara-negara ekonomi maju, arus modal masuk, inflasi, serta bubble harga"Ini berpontensi menimbulkan ketidakstabilan dan proteksionisme," ujarnya.

Karena itu, kata Iwan, sebagai langkah antisipasi, pemerintah dan otoritas keuangan di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang perlu lebih bekerjasama dalam kebijakan nilai tukar"Kerja sama regional dalam nilai tukar mata uang, jika dikelola dengan bijaksana, bisa menjamin kestabilan nilai tukar intra-regional dan sekaligus memungkinkan terjadinya fleksibilitas inter-regional," terangnya(Owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pegawai BI Tolak OJK Versi Pemerintah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler