JAKARTA - Pemerintah mendorong masyarakat untuk segera beralih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) non subsidi seperti Pertamax yang memiliki nilai oktan 91BBM subsidi jenis premium yang ber oktan 88 saat ini dinilai tidak cocok untuk mobil keluaran anyar.
"Kalau mesin mobil baru itu spesifikasi sudah beroktan 91, kalau menggunakan premium yang oktannya 88 itu dampaknya tidak bagus
BACA JUGA: Genjot Penerimaan Negara, UKM Bakal Dipajaki
Justru akan lebih boros (volume konsumsi BBM-nya) sekitar 30 persen," ujar Dirjen Minyak dan Gas, Evita Herawati Legowo di gedung DPR kemarinDirektur Utama PT Indomobil, Gunadi Sindhuwinata mengaku heran banyak pemilik mobil baru yang masih menggunakan BBM jenis premium (bersubsidi), ketimbang Pertamax (non subsidi)
BACA JUGA: Pegawai BI Tolak OJK Versi Pemerintah
Padahal, konsumsi premium justru akan membuat kinerja mesin menjadi tidak optimal, boros, tidak bertenaga dan polusiSaat ini di pasaran pemerintah melalui Pertamina menyediakan dua jenis BBM yaitu Pertamax yang ber-oktan 91 dan premium yang ber-oktan 88
BACA JUGA: Mobil Pribadi, Pengguna Terbesar BBM Bersubsidi
Jenis premium merupakan jenis BBM yang masih disubsidi pemerintahAda pula BBM yang memiliki oktan sangat tinggi mencapai 95, contohnya Pertamax Plus (Pertamina), Super Extra (Shell) atau Primax 95 (Petronas)Seperti diketahui, pemerintah menyiapkan dua opsi pengaturan konsumsi BBM bersubsidi yang akan diterapkan 1 Januari 2011Opsi pertama, seluruh kendaraan roda empat plat hitam dilarang membeli premium, dengan begitu premium hanya diperuntukkan bagi kendaraan roda dua, tiga dan angkutan umum plat kuning dan nelayanSementara opsi kedua, larangan hanya diperuntukan bagi mobil keluaran 2005 keatas.
Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Tubagus Haryono mengungkapan, jika salahs atu opsi telah dipilih, maka sebagai pilot project akan dilaksanakan di wilayah Jabodetabek terlebih dahulu"Yang jelas itu adalah target yang sudah direncanakan BPH MigasItu nanti disesuaikan dengan opsi yang sempat diusulkan (dua opsi ; seluruh plat hitam atau 2005 keatas)," kata dia.
Pihaknya memperkirakan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi akan berlaku penuh di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2013Tubagus juga menambahkan proyeksi sampai 2013 tersebut termasuk kerjasama dengan lembaga terkait seperti Kepolisian, Kementerian Perhubungan, Kementerian ESDM, Pertamina, dan Pemda"Tapi proyeksi ini akan bisa dijalankan kalau sudah ada keputusan dari pemerintah atas persetujuan DPR," tukasnya.
Mengenai kelangkaan BBM di beberapa wilayah Indonesia, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Djaelani Utomo mengakui hal itu namun hal itu lebih disebabkan karena faktor psikologis masyarakat saja"Itu karena sedikit rush saja, karena muncul berita dan muncul hal-hal yang demikianTapi itu biasa, biasa terjadi di masyarakat kita," tegasnya.
Namun begitu, Djaelani mengungkapkan Pertamina selalu menjaga agar kebutuhan BBM masyarakat selalu terpenuhiNamun begitu, pasokan juga tidak dibuat berlebihan"Kami selalu menyiapkan stok rata-rata 3,2 juta kilo liter (KL) untuk 22 hari kedepanKalau berlebihan saya khawatir nanti malah ditimbun, itu kan membahayakan," tuturnya.
Vice Presiden Corporate Communication Pertamina, Mochammad Harun mengatakan hal yang samaMenurutnya, kelangkaan BBM di sejumlah tempat terutama di luar Jawa diakibatkan oleh adanya kekhawatiran masyarakat itu sendiri"Itu sebenarnya psikologi saja, jadi ketika di media sudah banyak pemberitaan mengenai isu-isu seperti ini, ya mereka membeli premium sebanyak-banyaknya," jelasnya(wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Baru Premium yang Dibatasi Awal Januari
Redaktur : Tim Redaksi