2014, Keluar Gang Langsung Macet!

Minggu, 06 September 2009 – 10:49 WIB
JAKARTA - Ini peringatan bagi warga Jakarta.  Kepadatan arus lalu lintas yang tak kunjung teratasi akan menyebabkan Jakarta akan mengalami stagnasiMacet total akan terjadi begitu melangkah ke luar dari gang rumah

BACA JUGA: Sejarah Aceh Akan Difilmkan

Penyebabnya yakni pertumbuhan jalan relatif tetap yakni sekitar 0,01 persen per tahun.  Sedangkan pertumbuhan kendaraan di Jakarta terus bertambah rata-rata 11 persen per tahun


Apalagi, total kendaraan mobil dan motor yang beroperasi mencapai 9.529.265 unit

BACA JUGA: Jimly Juga Ingin Kursi Menteri

Sedangkan luas Jakarta sekitar 650 kilometer persegi hanya memiliki panjang jalan terbatas
Untuk  jalan layang maupun jalan tol  saja sepanjang 7.650 km dengan luas 40,1 kilometer persegi atau 6,28 persen dari luas wilayahnya

BACA JUGA: Malaysia Terima Bayi Selundupan

Jika terus dibiarkan, lalu lintas di Jakarta akan pada 2014 macet totalBegitu mobil ke luar gang, warga akan mengalami macet total.

Menurut Nurul Achjar, peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM-UI), panjang jalan dengan kepadatan mobil di ibukota tidak sebandingUntuk kota padat seperti London saja memiliki jalan 22 persen dan New York 24 persenAlokasi lahan untuk jalan di DKI Jakarta, kata Nurul, masih kurang di bawah nilai pagu dasar 10-20 persenJumlah itu merupakan standar yang terdapat di kota besar di negara majuKapasitas jalan bertambah berdasarkan deret ukur tetapi jumlah kendaraan yang beredar bertambah berdasarkan deret hitung’’’Meskipun jalan sudah diperlebar, Jakarta tetap macetKian buruk lagi saat hujan deras banjir mengenangi jalan dan kemacetan total terjadi,’’ jelasnya.
   
Berdasarkan penelitian Japan International Corporation Agency (JICA) dalam Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP), terungkap, jika sampai tahun 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi Jabodetabek maka estimasi kerugian ekonomi yang terjadi sebesar Rp 28,1 triliunSedangkan kerugian nilai waktu perjalanan yang mencapai  Rp 36,9 triliunDitambah lagi akibat dampak buruk pada kesehatan dan lingkungan.

Maka, tidak heran Jakarta dijuluki sebagai kota terburuk di dunia setelah Lagos di NigeriaSalah satu penyebabnya adalah tata ruang kota yang tak pernah menyeluruh dan hanya bersifat tambal sulamKondisi itu menunjukkan pengendalian tata ruang yang sangat lemah, tata ruang Jakarta belum jelas arah penanganannya

Upaya yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan belum berdampak berartiMisalnya dengan memajukan jam masuk sekolah dan kantorPenerapan three in one sepanjang Jalan Thamrin dan SudirmanSedangkan busway dibangun justru mengurangi ruas jalan umum’’Semua itu hanya bersifat sementara saja,’’ ujarnya.
 
Pada bagian lain, sarana transportasi lain juga belum maksimal dan belum dapat diwujudkanMisalnya moda transportasi waterway yang masih tergantung pada volume air Sedangkan, Monorel hingga kini belum ada kesejalasanHanya pilar-pilarnya saja yang masih tetap terpancang tegak mengotori ruang kota.
   
Sementera itu, menanggapi kondisi itu Tulus Abadi Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia  mengatakan, warga adalah yang paling dirugikan akibat transportasi yang masih sangat buruk iniKebijakan manajemen transportasi yang secara dominan berpihak kepada penggunaan kendaraan pribadi.

 Dijelaskannya, tingginya pertumbuhan kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor pribadi sebagai sarana mobilitasTentu saja akan mempercepat kerusakan jalanTerkait dengan pola pembiayaan pemeliharaan jalan, jika merujuk ke luar negeri, lazim diterapkan mekanisme yang bernama road fund (dana jalan)Dana ini dikumpulkan dari pengguna kendaraan pribadi yang melintasi jalan-jalan utamaFilosofi pengumpulan road fund ini adalah pengguna kendaraan pribadi telah berkontribusi terhadap kerusakan jalan dan bahkan kemacetan lalu-lintas.(yer)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Tak Gunakan Broker Calon Menteri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler