jpnn.com - JAKARTA - Pelaku usaha diharapkan tetap berhati-hati mengantisipasi melemahnya daya beli, ekspor dan nilai tukar (kurs) rupiah. Pasalnya, ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2016 dengan sumber gejolak yang sama seperti tahun 2015.
"Negara-negara maju masih sulit melakukan perbaikan fiskal dan moneter, karena sempitnya ruang fiskal dan beban utang mereka. Ini yang kita khawatirkan bisa mempengaruhi kondisi perekonomian dunia dan Indonesia pada tahun 2016,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani saat dihubungi.
BACA JUGA: Harga Premium Rp 6.250 per Liter jika...
Dia menyebut perekonomian Indonesia tahun 2016 masih dibayang-bayangi resiko ketidakpastian ekonomi global.
”Yang patut diwaspadai seperti kapankah suku bunga The Fed akan dinaikkan. Lalu harga minyak apakah tetap di bawah USD 60 atau di atas USD 60, rendahnya harga komoditas, serta tetap harus hati-hati melihat perekonomian Tiongkok,” terangnya.
BACA JUGA: Prediksi Puncak Angkutan Natal Melebihi Target
Secara umum Hariyadi melihat prospek ekonomi 2016 akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Apalagi pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang akan mendorong pertumbuhan industri. Namun hal itu dinilai belum cukup kuat api belum cukup mendongkrak ekonomi secara signifikan.”Prediksi tahun depan ekonomi tumbuh 5,5 persen,” cetusnya.
Proyeksi tersebut, kata dia, cukup moderat karena telah mempertimbangan kondisi ekonomi global yang belum membaik dan reformasi ekonomi di dalam negeri yang hasilnya baru akan terasa di semester dua 2016.
BACA JUGA: Waduh, Investasi Rp 87 miliar Bakal Berhenti, Ada Apa?
”Semua paket kebijakan ekonomi harus sudah terealisasi di awal tahun. Kalau perlu tambah lagi tahun depan yang fokus mendongkrak daya beli,” sarannya.
Pihaknya khawatir jika pemerintah gagal melakukan akselerasi daya beli masyarakat maka industri akan kembali terpuruk. Sebab pada saat kinerja industri menurun dan beban biaya produksi menurun maka pengusaha akan memilih melakukan efisiensi.
"Kalau ekonomi lesu yang kena pertama tentu buruh karena mereka bisa kena PHK (pemutusan hubungan kerja)," sebutnya. (wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Katanya, Kalau Ini Dihapus Harga BBM Bisa Jauh Lebih Murah
Redaktur : Tim Redaksi