jpnn.com, SURABAYA - Nilai ekspor ikan dan udang asal Jawa Timur sepanjang Januari–Maret menurun 3,8 persen dibandingkan tahun lalu.
Salah satu penyebab utamanya adalah seretnya pasokan.
BACA JUGA: Volume Ekspor Indonesia Tak Sebanding Impor
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, ekspor ikan dan udang pada periode Januari–Maret 2017 mencapai USD 234,03 juta.
Pada Maret lalu, ekspor ke Amerika Serikat mencapai USD 43,16 juta.
BACA JUGA: Kopi Jadi Andalan Ekspor ke Italia
Sedangkan ekspor ke Jepang serta Tiongkok masing-masing USD 20,97 juta dan USD 7,53 juta.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo menyatakan, tidak ada masalah teknologi dan kualitas dari produk perikanan Indonesia.
BACA JUGA: 3 Besar Pasar Terbesar Udang Indonesia
Namun, suplai yang terbatas membuat harga ikan dan udang Indonesia lebih mahal dibandingkan ikan dan udang dari Thailand serta Vietnam.
’’Penurunan sekitar empat persen di Jatim, menurut saya, salah satu penyebabnya adalah pelarangan pukat hela dan pukat tarik,’’ katanya, Senin (17/4).
Nelayan di Jatim memang kerap menggunakan cantrang dan payang yang termasuk dalam 18 alat tangkap terlarang.
Periode Januari–Juni ini merupakan masa transisi sebelum larangan tersebut diberlakukan secara resmi.
’’Kalau Juni nanti diberlakukan larangan sepenuhnya, pasti berdampak besar secara ekonomis,’’ paparnya.
Karena itu, AP5I meminta pemerintah membentuk tim independen untuk mengkaji berbagai alat tangkap yang dilarang tersebut.
Tren penurunan ekspor produk perikanan nasional terjadi sejak 2014.
Volume ekspor pada 2014 mencapai 1,3 juta ton. Setelah itu, turun menjadi 1,1 juta ton pada 2015 dan 2016. (res/c15/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Izin Ekspor Freeport Hanya Sementara
Redaktur & Reporter : Ragil