jpnn.com, JAKARTA - Indonesia memang membukukan ekspor yang cukup baik pada Januari dan Februari lalu.
Namun, hal itu tak lantas membuat pemerintah boleh berleha-leha.
BACA JUGA: Nilai Ekspor Menurun, Impor Bahan Baku Berkurang
Indonesia TETAP membutuhkan pasar baru untuk bisa menggenjot pertumbuhan ekspor.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada Januari mencapai USD 13,38 miliar dan menurun menjadi USD 12,57 miliar pada Februari.
BACA JUGA: Kesal Sama Suami, Amanda Bercinta dengan Anjing
Menariknya, terjadi pergeseran pangsa pasar ekspor Indonesia dari Jepang ke India.
Sebelumnya, Jepang selalu menduduki posisi tiga besar pasar ekspor terbesar Indonesia.
BACA JUGA: Akhirnya...Mao Zedong akan Pulang ke Tiongkok
Namun, dua bulan belakangan, posisi Jepang tergeser oleh India.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, pasar ekspor Indonesia ke India masih berpotensi untuk ditingkatkan.
’’India masih dinamis (perluasan pangsa ekspornya) dan peluangnya masih besar karena jumlah penduduk di India banyak sekali, pertumbuhannya juga cepat. Prospeknya jadi lebih terbuka,’’ papar Sasmito akhir pekan lalu.
Pada Januari 2017, nilai ekspor Indonesia ke India mencapai USD 1,32 miliar. Jumlah itu sedikit menurun pada Februari menjadi USD 1,02 miliar.
Namun, India menyodok ke posisi tiga besar pangsa ekspor Indonesia.
Komoditas ekspor Indonesia ke India adalah minyak sawit dan batu bara.
Penurunan ekspor ke India pada Februari, di antaranya, dipicu penurunan permintaan pasar dua komoditas tersebut.
’’Penurunan itu karena faktor harga dan demand dari sana (India). Januari memang biasanya naik tinggi karena faktor inventory. Kalau Februari, supply and demand sudah normal,” ungkapnya.
Untuk menjaga pasar ekspor ke India, pemerintah dituntut melakukan diversifikasi komoditas sehingga tidak bergantung pada CPO dan batu bara.
Potensi pasar India sebagai negara berkembang kurang memedulikan kualitas produk.
’’Kita bisa ekspor apa saja. Mobil kita saja diserap India. Artinya, market-nya ada, tinggal dibesarkan dengan marketing. India kan sama kayak kita, mau paling tinggi bisa, mau paling murah bisa. Jadi, segala kualitas bisa. Kita bisa jual apa saja ke situ. Tidak terlalu selektif ke beberapa negara maju yang banyak restriksinya,” urainya.
Selain India, lanjut Sasmito, perluasan pasar ekspor Indonesia cukup potensial di negara-negara pesisir Samudra Hindia.
Pihaknya melihat dinamika perdagangan di negara-negara tersebut pada Februari mulai terasa.
’’Indikasi dari perdagangan di Indian Ocean, itu dinamikanya sudah mulai kelihatan. Saya terus terang agak berharap dari (negara-negara) IORA (Indian Ocean Rim Association). Sehingga, negara-negara tersebut bisa menyerap komoditas yang kurang atau yang belum banyak tersebar di sana,’’ imbuhnya.
Pada Januari lalu, pangsa ekspor terbesar Indonesia di posisi pertama diduduki Tiongkok dengan nilai ekspor USD 1,55 miliar.
Posisi berikutnya adalah Amerika Serikat (AS) dengan nilai ekspor USD 1,43 miliar.
Sedangkan posisi ketiga adalah India dengan nilai ekspor USD 1,32 miliar.
Pada bulan berikutnya, Tiongkok, AS, dan India masih menduduki posisi yang sama dengan masing-masing nilai ekspor USD 1,36 miliar, USD 1,36 miliar, dan USD 1,02 miliar. (ken/c17/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kuliah Kedokteran di Tiongkok, Rp 1 Juta Per Bulan
Redaktur & Reporter : Ragil