3 Fakta Soal Omicron yang Perlu Anda Diketahui, SIlakan Cek

Jumat, 31 Desember 2021 – 06:45 WIB
Ilustrasi - Varian baru COVID-19, Omicron. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menjelang akhir tahun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendeteksi masuknya virus Covid-19 varian Omicron di Indonesia.

Varian yang pertama kali muncul di Afrika Selatan itu kini menjadi ancaman hampir di seluruh negara di dunia.

BACA JUGA: Peringatan Serius Ahli soal Transmisi Lokal Omicron, Semua Diminta Bersiap

Pada Kamis (30/12), Kemenkes mencatat 68 kasus Omicron yang terdeteksi di Indonesia. Sebagian besar di antaranya terjadi pada pelaku perjalanan luar negeri.

Berikut 3 karakteristik varian Omicron yang perlu diketahui:

BACA JUGA: Rezim Erdogan Kewalahan Bendung Omicron, Turki Alami Lonjakan Tertinggi

1. Penularan lebih cepat

Pada Kamis (23/12), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat dari varian Delta.

BACA JUGA: Menu Sarapan Ini Mampu Menurunkan Risiko 3 Penyakit Kronis Termasuk Diabetes

Hal tersebut telah dibuktikan oleh negara-negara yang telah mengalami transmisi komunitas.

Di Indonesia, Kemenkes telah mengumumkan satu kasus transmisi lokal yang ditemukan di Jakarta.

Untuk itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat untuk terus mewaspadai varian Omicron ini.

"Perlu menjadi perhatian bahwa kita juga sudah mengidentifikasi kasus transmisi lokal. Artinya, risiko penularan di masyarakat juga sudah ada," kata Nadia dalam keterangannya, Kamis (30/12).

2. Risiko bergejala lebih ringan

Kemenkes mengungkapkan perhitungan prediksi WHO yang menunjukkan terjadinya peningkatan kasus yang cepat akibat Omicron.

Meski begitu, tingkat penggunaan tempat tidur di rumah sakit akan lebih rendah dibanding periode lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta.

Berdasarkan maraknya kasus Omicron di Inggris, WHO mencatatkan estimasi risiko masuk perawatan gawat darurat akibat Omicron sebesar 15 hingga 25 persen lebih rendah dibanding Delta.

Kemudian, estimasi risiko rawat inap di rumah sakit akibat Omicron juga lebih rendah sekitar 40 hingga 45 persen dari Delta.

Artinya, Omicron memiliki risiko sakit berat yang rendah.

3. Mengurangi efektivitas antibodi

Menurut Kemenkes, mutasi Omicron mampu mengurangi efektivitas antibodi monoklonal, termasuk jenis Ronopreve yang merupakan kombinasi antara Casirivimab dan Imdevimab.

Data awal menunjukkan antibodi monoklonal jenis Sotrovimab lebih baik dalam menghambat Omicron dibanding jenis lainnya.

Di Indonesia, kasus Omicron juga terjadi pada pasien yang sudah mendapatkan antibodi tambahan dari vaksinasi Covid-19

Dalam dua minggu terakhir, 46 kasus Omicron terdeteksi di Indonesia. 74 persen di antaranya terjadi pada orang yang sudah divaksin lengkap.

Meski begitu, 80 persen pasien Omicron di Indonesia tidak memiliki gejala atau bergejala ringan.

Dengan beberapa karakteristik varian Omicron ini, Siti Nadia meminta masyarakat untuk menunda perjalanan ke luar negeri karena sebagian besar merupakan imported case.

Selain itu dia juga mengimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin.

"Masyarakat diminta waspada dan tetap disiplin protokol kesehatan," tandas Siti Nadia Tarmizi. (mcr9/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Menu Sarapan Sehat dan Lezat yang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes


Redaktur : Friederich
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler