3 Hal Mengharukan di Balik Kasih yang Sangat Menyayangi Pembunuhnya

Selasa, 24 Februari 2015 – 06:13 WIB
Penyesalan tidak terhingga ditunjukkan Deni, warga Lowokdoro Gang III, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Pria 31 tahun itu mengaku khilaf karena telah menghajar anaknya hingga meninggal dunia. Foto Malang Post/JPNN.com

jpnn.com - ORANG tua manapun seharus belajar dari peristiwa yang menimpa Kasih Ramdani, 7, bocah asal Desa Buwek, Kecamatan Sitirejo, Kabupaten Malang. Ya, bocah perempuan polos itu harus kehilangan nyawa di tangan Deni Hendro, 40, ayah kandungnya sendiri yang tak bisa mengendalikan emosinya.

Deni sejatinya sama sekali tak berniat membunuh sang anak. Tapi karena dia tak terkontrol saat memarahi anaknya maka dia harus kehilangan buah hati yang sangat disayanginya itu. Penyesalan pun datang belakangan. 

BACA JUGA: Modus Anak Masuk RS, 14 Orang Tua Hampir Ditipu Guru Bodong

Sambil menangis di depan polisi Deni mengatakan, “Saya memang kerap memukul anak saya. Namun, yang kelewatan adalah yang kemarin (Sabtu, 21/2). Yang seperti ini baru yang pertama. Saya sangat menyesal.”  

Berikut tiga hal memilukan di balik tewasnya Kasih.

BACA JUGA: Sebelum Tewas Dibunuh dan Dibakar, Penjahat Sadis Ini Minta Diajari Ngaji

Yang pertama, meninggalnya Kasih bermula dari pertengkarannya dengan sang kakak Dina Marselina, 8. Dua bocah lucu itu hanya ribut karena bertengkar memperebutkan kaos pemberian Nuraini, 30, bibi mereka.

Saat itu Nuraini baru datang dari Jogjakarta dan membawa dua buah kaos untuk Kasih dan Dina. Dina mendapat kaos warna biru sedangkan bagian Kasih berwarna merah muda. Ternyata Dina lebih suka warna kaos milik sang adik. Mereka pun berebut kaos layaknya anak kecil kebanyakan. 

BACA JUGA: Jualan Sabu, Kuli Bangunan Ditangkap di Depan Sang Istri

Hal menarik kedua adalah sang ayah berubah jadi “pembunuh” karena kelelahan dan lapar. Ya, saat perebutan kaos antara adik dan kakak itulah Deni pulang dari ladang singkong. Ternyata dia tak suka kedua anaknya bertengkar berebut oleh-oleh yang baru saja dibawa adiknya. 

Karena capek dan lapar, emosi Deni pun cepat tersulut. Deni makin tak terkontrol melihat anaknya terus menerus ribut. Dia marah besar. 

Dia lantas mengambil bambu dan memukuli kepala kedua anaknya dengan bambu. Ya, bisa ditegaskan lagi: kepala anak menjadi sasaran pukulnya!

Saking tak bisa mengontrol emosinya, kepala Kasih yang jadi samsak pun mengucurkan darah segar. Puas menghajar sang anak Deni berhenti. Dia lantas tersadar bahwa yang dilakukannya telah kelewatan.

Nah, fakta terakhir inilah yang benar-benar memilukan. Usai dihajar sang ayah, Kasih berjalan ke kamar mandi lalu cuci muka membersihkan darah dari wajahnya. Dia lalu datang ke pangkuan sang ayah. Dengan wajah polosnya seakan tak terjadi apapun, dia menggelayuti ayahnya. 

“Ayah, Kasih minta maaf. Kasih juga minta maaf sama Kak Dina,'' kata Deni yang menirukan perkataan Kasih yang kala itu bermanja di pangkuannya.

Kasih seolah ingin menyampaikan dua hal yang biasanya ada di unek-unek seorang bocah seumurannya.’’Yah, Kasih minta es krim ya. Kasih sayang sama Ayah..’’ ujarnya lirih.  

Setelah mengatakan keinginannya tersebut, Kasih tidak sadar diri. Deni kebingunan. Dia membopong anaknya yang nafasnya tersengal-sengal ke gubuk yang tak jauh dari rumahnya. Dia juga mengikatkan kain di kepala sang anak mengeluarkan darah.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Bocah lugu itu akhinya meninggal di tangan sang ayah yang sangat disayanginya.  (adk/any/mas)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerebek Narkoba Malah Dapat Senpi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler