jpnn.com, JAKARTA - Dubes Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi mengatakan, ada tiga hal yang harus menjadi perhatian dalam pengelolaan sungai.
Pertama, fungsi sungai sebagai pusat mitigasi bencana harus diutamakan. Kedua, fungsi sungai berdasarkan nilai ekonomis harus terus dijaga.
BACA JUGA: Limbah Kosmetik dan Popok Ancaman Kualitas Air di Sungai
Ketiga, fungsi sungai sebagai ruang publik harus terus diusahakan.
“Sungai yang bersih itu tidak harus jernih. Yang penting tidak ada sampah dan limbah di dalamnya,” kata Umar dalam testimoninya pada Kongres Sungai Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, Jumat (22/3).
BACA JUGA: Sudah ada CCTV, Masih Berani Buang Popok di Sungai?
Namun, sambung Umar, hal yang lebih penting ialah pengelolaan bencana karena potensinya di sepanjang aliran sungai cukup besar.
Dia mencontohkan Belanda yang sebagian besar daratannya lebih rendah daripada permukaan laut.
BACA JUGA: Pantas Aja Banjir, Ternyata Warga Buang Sampah di Sungai
Menurut dia, aliran sungai perlu dikelola sedemikian rupa agar tidak melimpah keluar sehingga menyebabkan banjir.
Karena itu, ketika permukaan laut surut, air sungai dialirkan ke laut. Begitu pula sebaliknya.
Umar juga mencontohkan sungai-sungai di Korea Selatan sebagai ruang publik yang nyaman.
Salah satunya ialah Sungai Cheonggyecheon di Seoul. Sungai itu dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi objek wisata yang nyaman dengan berbagai fasilitas.
Misalnya, jalur pejalan kaki di kiri kanan sungai, toilet, tempat duduk, dan area pameran di bawah jembatan.
Tembok salah satu sisi sungai juga digambari cerita tentang sejarah kerajaan Korea Selatan.
“Harus kita ingat juga bahwa ada masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai. Mereka perlu punya penghasilan yang salah satunya bisa diperoleh dari sungai,” imbuh Umar.
Hanya saja, sambung Umar, penting dikelola sedemikian rupa sehingga aktivitas ekonomi itu tidak merusak kebersihan dan fungsi sungai sebagai pusat mitigasi bencana.
Umar juga mencontohkan langkah pemerintah Belanda dalam mengatasi masalah sampah dan limbah.
Misalnya, water treatment yang tidak dilakukan langsung di aliran sungai. Air limbah yang dialirkan ke sana sudah diolah di tempat tertentu.
Dengan demikian, tidak ada plastik atau benda-benda lain yang akan mengotori sungai.
“Soal fungsi ekonomi dan sosial budaya sungai, kita bisa belajar ke Korea Selatan. Soal sungai sebagai pusat mitigasi bencana, sebaiknya kita belajar ke Belanda,” ujar Umar. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masalah Sampah di Bekasi Disorot Media Asing
Redaktur & Reporter : Ragil