3 Kendala Besar Pengembang Rumah Subsidi

Senin, 01 Juli 2019 – 02:19 WIB
Ilustrasi perumahan. Foto: Toni Suhartono/Indopos/JPNN

jpnn.com, GRESIK - Pengembang properti di Gresik, Jawa Timur, optimistis penjualan rumah subsidi pada 2019 bakal meningkat.

Hal itu tidak terlepas dari kebijakan pemerintah menaikkan harga rumah subsidi dari Rp 130 juta menjadi Rp 140 juta.

BACA JUGA: Pasar Apartemen Stagnan, Harga Hanya Naik Tipis

Ketua Komisariat DPD Real Estate Indonesia (REI) Gresik Muhamamad Iqbal Randy mengatakan, kenaikan rumah subdisi itu berdasarkan bahan material bangunan.

BACA JUGA: Ekspor Turun, Gabungan Pengusaha Usul Pembentukan Satgas

BACA JUGA: Harga Rumah Subsidi Naik

Meski harga rumah meningkat, masyarakat tetap mampu mengangsur. Sebab, upah juga mengalami kenaikan.

“Kami optimistis serapan masih tinggi. Kita harus logis harga tanah dan produksi semakin naik berpengaruh pada harga," ujarnya beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Berita Duka, Bu Guru Anisfatul Laila Meninggal Terlindas Truk Usai Mengajar

Selama ini pengembangan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) masih mengalami sejumlah hambatan.

Ada tiga kendala yang dihadapi pengembang rumah MBR di Kota Pudak, julukan Gresik.

“Masalah keterbatasan lahan, regulasi daerah, dan pembiyaan mencari pokok kendala yang dihadapi pengembang saat ini. Di Gresik sangat sulit untuk mendapatkan lahan untuk membangun MBR di wilayah kota,” imbuhnya.

Selanjutnya, kendala regulasi daerah. Pemerintah daerah masih belum mengimplementasikan setiap kebijakan pemerintah pusat secara optimal.

Di samping itu, ada kendala lain yakni masalah pembiayaan subsidi selisih bunga (SSB) yang diberikan pemerintah terus dikurangi.

“Soal regulasi pemerintah pusat sudah banyak melakukan percepatan. Namun, daerah belum terimplementasi secara optimal,” katanya.

Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi) Gresik Koko Wijayanto mengungkapkan, kenaikan harga sejak lama diinginkan pengembang karena ada inflasi kenaikan harga tanah dan bahan material yang terus naik.

"Sebelumnya telah dipertimbangkan dari segi kemampuan masyarakat untuk membeli rumah MBR dari upah gaji mereka. Jadi, tidak sembarangan langsung minta dinaikkan tanpa bahan pertimbangan," ujarnya.

Bisnis properti pada 2019 diprediksi lebih baik dibandingkan 2018 yang lesu.

"Berdasarkan pengalaman yang sebelumnya, untuk segmen MBR tidak berdampak. Kami tambah optimistis bisa tumbuh karena 80 persen anggota kami itu di segmen MBR," jelasnya. (sb/fir/jay/han/jpr/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Ada Lagi Kesibukan Membuat Kue Apem Jelang Lebaran


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler