3 Tantangan Utama Perekonomian Indonesia Tahun Depan

Minggu, 21 Mei 2017 – 01:29 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah tantangan bakal mengadang perekonomian Indonesia pada 2018 mendatang.

Misalnya, ketidakpastian pemulihan ekonomi Eropa, penyesuaian pembangunan di Tiongkok, dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).

BACA JUGA: Indonesia Favorit Investor, Dana Asing Masuk Rp 105 Triliun

Meski demikian, pemerintah meyakini kondisi perekonomian Indonesia pada 2018 lebih baik jika dibandingkan dengan tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi di angka 5,4–6,1 persen.

BACA JUGA: Properti Belum Berkontribusi Signifikan pada Pertumbuhan Ekonomi

Sasarannya adalah mendorong pemerataan pertumbuhan di kawasan timur Indonesia, kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal.

”Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan kesempatan kerja perlu didorong,’’ ujar Sri saat menyampaikan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal untuk tahun anggaran 2018 dalam sidang paripurna di gedung DPR, Jumat (19/5).

BACA JUGA: Neraca Perdagangan Hanya Naik Tipis

Agar pertumbuhan ekonomi tinggi dan inklusif, pertumbuhan konsumsi rumah tangga perlu dijaga.

Caranya, mengerem laju inflasi dalam negeri sehingga daya beli masyarakat terjaga.

Tahun depan, pemerintah menargetkan level inflasi di rentang 3,5 persen plus minus 1,0 persen.

”Tingkat inflasi yang rendah akan menjamin kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan mendorong perekonomian domestik,’’ jelasnya.

Pemerintah juga berupaya menjaga stabilitas nilai tukar di tingkat yang aman.

Berkaitan dengan kondisi politik-ekonomi dunia, rata-rata nilai tukar rupiah pada 2018 diperkirakan berada di rentang Rp 13.500 hingga Rp 13.800 per USD.

Harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) diperkirakan berada di kisaran USD 40–60 per barel.

Sementara itu, asumsi lifting minyak dan gas bumi (migas) tahun depan diperkirakan mencapai 1.965–2.050 ribu barel per hari.

Perinciannya, lifting minyak bumi 771–815 ribu bph dan lifting gas bumi 1.194–1.235 ribu barel setara minyak per hari.

Perkiraan tersebut didasarkan pada kapasitas produksi, penurunan alamiah, penambahan produksi, dan rencana kerja kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). (ken/c18/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Investor Tiongkok Tertarik Tanam Modal di GIIPE


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler