jpnn.com - Nasib ibu di kawasan Manukan Kulon, Surabaya ini malang nian. Sebut saja namanya Karin, 57. Keempat anaknya tak mau merawatnya dengan alasan Karin tak mampu lagi mempertahankan rumah tangganya dengan Donjuan, 58. Alhasil, kini dia hanya hidup sebatang kara dengan memilih ngekos sendirian.
Enam tahun lalu, keempat anaknya memilih hengkang dari rumahnya. Mereka menulis surat pernyataan tidak akan kembali ke rumah Karin sampai ayahnya, Donjuan kembali ke tangan ibunya.
BACA JUGA: Presiden Bertanya, #bongkardanaforbali Langsung Jadi Trending Topik
Namun, Karin tak mampu berbuat apa-apa. Dia pasrah karena suaminya sudah kecantol lagi dengan wanita baru.
"Sejak masih muda, suami memang doyan wanita. Sering ke Dolly, Bangunsari (lokalisasi prostitusi, Red). Banyaklah. Tapi saya mengalah karena anak anak minta saya mempertahankan bapaknya," kata Karin di sela sela pengambilan akta cerainya di Pengadilan Agama (PA), Klas 1A Surabaya, Senin (25/7)
BACA JUGA: Begini Modus Penyebaran Kartu BPJS Palsu, Korban Bertambah
Meskipun usianya tak lagi muda, Karin tampaknya masih berusaha menjaga kesehatannya. Menurutnya, dia ikut senam lansia dan jadi pengasuh bayi-bayi tetangga kosnya yang bekerja.
Kehadiran Karin di PA itu memang sengaja untuk mengambil akta cerai yang sudah hampir empat tahun terlupakan. Dia mengambil akta cerai itu karena ingin segera menjual rumah di Manukan yang selama ini dikontrakkan ke orang lain.
BACA JUGA: 5 Pria Bertubuh Kekar Keroyok Polisi Sedang Atur Lalu Lintas
Sementara, Karin memilih hidup ngekos di sebelah kampung rumahnya. Dia merasa dengan ngekos mampu menghilangkan kesendirian di tengah-tengah persoalan hidup yang tak pernah habis-habis menimpanya.
Seperti mengingat masa lalunya, kejadian hingga ia memutuskan menggugat cerai Donjuan yakni ketika suaminya itu ditabrak oleh kakak iparnya. Sang keponakan yang waktu itu mau masuk kuliah hamil karena ulah Donjuan. "Kalau 'jajan' masih bisa saya maafkan, tapi ini menghamilin saudara. Anak itu sudah seperti anak bagiku " tandas ibu empat anak itu.
Kesal dengan ulah suami, Karin akhirnya mengajukan gugatan cerai di PA. Sayangnya, keempat anaknya kompak melawan gugatan cerai. Itulah yang sempat membuat gugatan cerai Karin molor hingga 3 tahunan. Gugatan diajukan pada tahun 2007 dan baru selesai tahun 2010-an.
Menurut Karin, penolakan anak-anaknya itu karena mereka mengetahui kalau bapaknya masih mencintainya. "Suami nangis ke anak-anak, minta saya kembali. Entah apa yang ada di pikiran anak-anak saya, mereka sepakat untuk tidak mengakui saya ibu kalau saya memilih bercerai," tandas dia.
Mendengar ancaman keempat anaknya, Karin mengaku sempat galau. Dia sempat mau menarik berkas gugatan cerainya. "Mau saya ambil waktu itu, kok tiba-tiba memergoki suami bakar dupa di belakang rumah. Ada beberapa foto berserakan, wah saya pikir suami main pelet. Itu yang akhirnya membuat saya mengusir Donjuan, lha anak-anak juga ikut pergi dari rumah," kata dia.
Semenjak kepergian Donjuan dan keempat anaknya, Karin mengaku tak pernah mendengar kabar lagi tentang mereka. Meski demikian, Karin berharap kondisi anak anaknya tetap baik dan bakal datang untuk memakamkan jasadnya bila kelak dia meninggal dunia.
"Namanya hidup, orang kan hanya bisa berdoa dan berusaha. Besok-besok tidak tahu nasibnya," selorohnya.
Sementara itu, adik Karin sebut Mira mengatakan sebenarnya pihak keluarga memintanya untuk tinggal di rumahnya. "Mbak Karin tidak mau. Katanya malu atas ulah suaminya dulu. Sekarang dia juga sering ngemong bayi anak keponakan yang dihamili suaminya dulu. Baik banget mbakku ikut," tandas dia. (umi hany/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penting! Jika Pramugari Tanya Isi Tas Dijawab Bom, Begini Prosedurnya
Redaktur : Tim Redaksi