4 Rekomendasi Teknologi Keamanan Canggih untuk Ibu Kota Baru

Kamis, 08 Agustus 2019 – 18:35 WIB
Asosiasi Teknologi dan Industri Sekuriti Indonesia (ATISI), PT Professtama Teknik Cemerlang (Professtama), serta para pelaku usaha teknologi sekuriti mendukung rencana pemindahan ibu kota baru. Foto: ATISI

jpnn.com, JAKARTA - Asosiasi Teknologi dan Industri Sekuriti Indonesia (ATISI), PT Professtama Teknik Cemerlang (Professtama), serta para pelaku usaha teknologi sekuriti mendukung rencana pemindahan ibu kota baru.

Namun, mereka berharap ibu kota baru Indonesia memiliki teknologi keamanan yang mutakhir.

BACA JUGA: Oposisi Tak Akan Mampu Menghalangi RUU DKI Baru

Karena itu, mereka memberikan empat rekomendasi untuk ibu kota baru Indonesia. Rekomendasi pertama ialah teknologi antipenyadapan dan pencurian data.

BACA JUGA: Biaya Membangun Ibu Kota Baru Membengkak, DPR Kaget

BACA JUGA: Biaya Membangun Ibu Kota Baru Membengkak, DPR Kaget

Ketua Umum ATISI Sanny Suharli mengatakan, teknologi antipenyadapan dan pencurian data harus ada dalam sistem keamanan ibu kota baru, khususnya dalam hal pertahanan terhadap celah keamanan (backdoor code).

“Dengan backdoor code, akses ke CCTV dapat diretas tanpa perlu mengetahui kata sandi sehingga rentan pencurian rekam data denah ruangan maupun aktivitas di infrastruktur strategis,” kata Sanny, Kamis (8/8).

BACA JUGA: Pemindahan Ibu Kota Butuh Rp 466 Triliun, Mau Tambah Utang Lagi?

Rekomendasi kedua berkaitan dengan jumlah dan teknologi CCTV. Presiden Direktur Professtama Irwandi Salim menjelaskan, idealnya perlu 100 CCTV per satu kilometer persegi di ibu kota baru.

Selain itu, sambung Irwandi, ibu kota baru yang memiliki konsep forest city sebaiknya memakai teknologi kamera CCTV 360 derajat dengan fitur thermal, nightvision, antikorosi, dan antiledakan.

“Hal ini agar bisa mendeteksi dengan komprehensif dalam gelap, sensitif terhadap perubahan suhu untuk pencegahan kebakaran dan tahan bencana,” kata Irwandi. 

Rekomendasi ketiga ialah sistem keamanan berlapis. Director of Red Piranha Richard Baker menjelaskan, ibu kota baru wajib memiliki sistem pertahanan keamanan siber berlapis.

“Sistem itu harus memiliki next generation firewall (NGFW), penyimpanan logaritma jangka panjang, sistem intelijen pendeteksi ancaman aktif, kemampuan analisis dan visibilitas aktual, serta penanganan ancaman secara otomatis,” kata dia.

Rekomendasi keempat ialah face recognition dan artificial intelligence. CEO Jisung Protech Scottie Kim mengatakan, harus ada teknologi face recognition dan artificial intelligence yang mampu mendeteksi wajah dan mencocokkan dengan database pelaku kejahatan secara akurat.

Dia mencontohkan teknologi Helios yang diproduksi pihaknya. Menurut dia, teknologi itu mampu melakukannya hanya dalam tiga detik.

“Jisung Protech memang memiliki teknologi keamanan andal dengan standar militer untuk melindungi infrastruktur strategis,” ujarnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siap-Siap Pindah ke Ibu Kota Baru ya, Ini Tahapannya


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler