4 Tahun P3PD Berhasil Melahirkan Aparatur Desa Kreatif dan Inovatif

Senin, 21 Oktober 2024 – 19:43 WIB
Dirjen Bina Pemdes Kemendagri La Ode Ahmad P Bolombo di acara Penutupan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dan Pengurus Kelembagaan Desa Provinsi Sumut, di Kota Medan, Sabtu (19/10) malam. Foto: Humas Ditjen Bina Pemdes

jpnn.com - JAKARTA - Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) dilaksanakan sejak 2020 dan berakhir tahun ini.

P3PD bertujuan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan desa sehingga dapat meningkatkan kualitas belanja desa.

BACA JUGA: P3PD Memperkuat Kapasitas Kelembagaan Desa, Dukung Visi Indonesia Emas 2045

Pelatihan P3PD meliputi pelatihan aparatur desa (dasar), pelatihan penetapan, penegasan dan pengesahan batas desa, pelatihan/bimtek penerapan aplikasi pengelolaan keuangan dan aset desa, pelatihan penguatan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Selain itu, pelatihan penguatan PKK, pelatihan penguatan kerja sama desa, pelatihan penguatan lembaga kemasyarakatan desa/lembaga adat desa, dan pelatihan penguatan posyandu.

BACA JUGA: Berbekal Ilmu dari Pelatihan P3PD, Persoalan Batas Desa Bisa Dituntaskan

Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa (Dirjen Bina Pemdes) Kemendagri La Ode Ahmad P Bolombo menilai, P3PD berhasil memangkas waktu upaya peningkatan kapasitas aparatur desa hingga puluhan tahun.

Contohnya, pelaksanaan peningkatan kapasitas aparatur desa di Jawa Timur, seperti diungkapkan Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Jatim bahwa APBD provinsi tersebut hanya mampu untuk melatih 500 aparatur desa setiap tahunnya.

BACA JUGA: Kades Bujang Mengakui Manfaat Besar Pelatihan P3PD, Simak Ceritanya

“Jatim melalui P3PD berhasil melatih 15.000 aparatur desa. Artinya 15.000 : 500, yaitu 30. Berarti P3PD bisa memangkas waktu 30 tahun untuk melatih aparatur desa di Jatim,” ujar La Ode Ahmad di Banda Aceh, Rabu (16/10).

Dirjen Bina Pemdes La Ode Ahmad memuji antusiasme peserta pelatihan aparatur desa (gampong) dari Aceh.

Provinsi paling ujung Pulau Sumatra ini paling banyak mengirimkan pesertanya untuk dilatih.

Bahkan, jumlah pesertanya melebihi peserta dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa.

La Ode berharap mereka terus belajar mengasah pengetahuan melalui sistem pembelajaran online (learning management system/LMS).

Bila pemerintahan desa berhasil membangun dirinya seperti pemerintahan daerah, La Ode yakin ke depannya setiap desa akan mampu menghadapi pembangunan bersistem digital.

“Kalau desa itu menyala (berhasil) maka daerah itu akan menyala,” ungkapnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) Aceh Aznal Zahri mengatakan, pelatihan P3PD merupakan solusi bagi aparatur gampong untuk memperbaiki kinerja, motivasi, dan dedikasi.

“Pesertanya ada yang kepala 6, umur 65 tahun, ada yang kepala 2. Tapi yang kepala 6 ini semangatnya luar biasa. Empat hari penuh ikuti setiap pelatihan sampai selesai,” ucap Aznal.

Para Kades Merasakan Manfaat Pelatihan P3PD

Sejumlah kepala desa (kades) merasakan manfaat yang besar dari pelatihan P3PD yang telah diikuti.

Kepala Desa Oba di Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Sabtu Kene, mengaku makin percaya diri mengembangkan kawasan wisata pantai yang berada di wilayah desanya.

Setelah ikut pelatihan P3PD, Sabtu Kene gerak cepat mengembangkan Pantai Muara Oba, yang memiliki pemandangan ke arah Pulau Tidore dan Ternate.

Salah satu masukan yang diia terapkan dari pelatihan P3PD adalah dengan menambah wisata hiburan yang sebelumnya tidak pernah ada di Pantai Muara Oba. Pelatihan tersebut juga membuat aparatur Desa Oba merasa semakin memiliki dan menjiwai tugas-tugas yang diembannya.

Hal senada disampaikan Kepala Desa Sambirejo, Kecamatan, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Wahyu Nugroho.

Dia telah menerapkan ilmu yang didapat saat mengikuti pelatihan P3PD, yakni menyusun desain tata ruang baru yang melibatkan masyarakat dalam pembangunan desa.

Kebetulan, Desa Sambirejo terkenal dengan keindahan candinya, seperti Candi Ijo, Candi Barong, Candi Nigiri, dan Candi Duwung hingga Sumur Bandung.

Hal ini yang membuat banyak investor yang mau membangun bisnis mereka di desa tersebut.

“Ketika desa memiliki perencanaan secara mandiri maka investasi akan masuk,” tandasnya. (rl/sam/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler