jpnn.com, JAKARTA - Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, kelompok penjahat siber cenderung menarget perusahaan menengah.
Sementara itu, perusahaan besar memiliki dana yang lebih besar untuk membayar tebusan.
BACA JUGA: Tunda Saja, RUU Kamtansiber Berpotensi Tumpang Tindih dan Membingungkan
Namun, mereka juga memiliki sumber daya yang lebih memadai untuk membangun pertahanan siber yang lebih kuat.
BACA JUGA: Tahapan Pembahasan RUU Kamtan Siber Mendapat Sorotan
BACA JUGA: Draft RUU Keamanan dan Ketahanan Siber Sudah Usang, Harus Ada Perubahan
Sebaliknya, perusahaan menengah masih cukup berhargauntuk menjadi target kejahatan siber yang potensial.
“Perusahaan menengah mungkin ini tidak memiliki tingkat sumber daya yang sama untuk berinvestasi dalam pertahanan keamanan siber,” kata Johanna, Selasa (27/8).
BACA JUGA: Libra Bitcoin
Grant Thornton pun sudah memublikasikan laporan bertajuk Cyber Security: The Board Report 2019.
Hal itu untuk mengidentifikasi apa saja ancaman siber terkini dan bagaimana peran penting petinggi perusahaan dalam memerangi risiko siber.
Statistik mencatat bahwa dua pertiga dari bisnis menengah dan besar mengalami setidaknya satu penyusupan atau serangan siber dalam 12 bulan terakhir.
Sebanyak 73 persen dari 500 perusahaan yang disurvei melaporkan kerugian hingga 25 persen dari pendapatan akibat serangan siber.
Johanna menambahkan, perkembangan teknologi yang sangat cepat mendorong para pemimpin perusahaan untuk mengetahui kemungkinan ancaman siber serta menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapinya.
“Para petinggi perusahaan juga harus memastikan pengetahuan mengenai ancaman siber serta kerahasiaan data dimiliki oleh seluruh pegawai,” pungkas Johanna. (jos/jpnn)
Berikut 5 Bentuk Ancaman Siber Terkini versi Grant Thornton:
Ransomware
Penyerang menginstal perangkat lunak untuk mematikan sistem bisnis atau membuat bisnis menjadi offline.
Tebusan harus dibayar sebelum ‘ransomware’ dihapus atau dinonaktifkan. Dalam variasinya, penyerang mengancam membuatdata korup sehingga tidak dapat digunakan jika uang tebusan tidak dibayarkan.
Pencurian data
Penyerang mencuri data pelanggan dan menjualnya ke oknum lain yang kemudian melakukan pencurian identitas. Atau, mereka meminta pembayaran untuk mengembalikan data yang dicuri tadi.
Penyamaran sebagai CEO atau petinggi perusahaan lain
Pengintaian online atas data publik memungkinkan pelaku kejahatan menyamar sebagai CEO atau direktur keuangan. Pelaku kemudian dapat meminta perubahan detil pembayaran pada faktur dan mengalihkan pembayaran ke akun mereka sendiri.
.
Penambangan bitcoin
Bentuk kejahatan siber yang relatif baru tetapi semakin banyak terjadi. Penyerang memasang perangkat lunak pada sistem teknologi informasi perusahaan dan membajak prosesor untuk menghasilkan mata uang kripto. Sistem bisnis segera melambat atau berhenti.
Pencurian Intelectual Property
Spionase tidak terbatas pada aksi mata-mata di suatu negara. Spionase industri adalah ancaman nyata dengan perusahaan ambisius yang menargetkan sistem perusahaan sainganuntuk mencuri intelectual property.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Platform Investasi BitcoinBot Bakal Diluncurkan di Indonesia
Redaktur & Reporter : Ragil