5 Masalah Pertanian dan Solusinya versi HKTI

Sabtu, 27 Januari 2018 – 03:29 WIB
Petani di sawah. Ilustrasi Foto: JPG/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menilai setidaknya ada lima persoalan petani dan pertanian di Indonesia.

Kelima persoalan itu berkaitan dengan tanah, modal, teknologi, manajerial, dan pascapanen.

BACA JUGA: Moeldoko Sampaikan Pesan Penting untuk Anggota TNI

"Pertama persoalannya tanah. Tanah kita sempit. Rata-rata petani kita hanya punya tanah 0,2 hektare. Sudah begitu kondisi tanahnya rusak karena penggunaan pestisida dan pupuk anorganik yang berlebihan," ujar Moeldoko saat membuka seminar CEO Talks dengan topik Agroindustry and Investment di Fairmont Hotel Senayan, Jakarta, Kamis (25/1).

Persoalan modal, sambung Moeldoko, petani pada saat mau menanam sudah pusing karena tanam sebelumnya gagal.

BACA JUGA: HKTI Siapkan Drone untuk Pertanian Modern

Tanam sebelumnya lagi juga gagal, tapi petani tidak menyerah karena tidak ada kehidupan lain.

Apa yang terjadi? Kondisi ini dimainkan oleh para tengkulak dan pengijon yang pada akhirnya petani dalam kondisi lemah, kalah, dan terlilit utang.

BACA JUGA: Moeldoko Jabat KSP, Ini Harapan Walhi

"Sehingga saat dia akan panen, mereka dikuasai para tengkulak. Saya sempat kelakar dengan presiden, saat akan panen, petani itu sudah mau kelelep. Modal untuk beli benih, beli pupuk, modal kerja. Kita juga memiliki ketergantungan benih sangat tinggi pada negara lain, apalagi pestisida," tutur mantan Panglima TNI ini.

Sementara, lanjut Moeldoko, saat ini petani menghadapi teknologi pertanian belum direspons dengan baik.

Petani masih suka menggunakan cara lama meski sudah jelas hasilnya rata-rata hanya 4-5 ton per hektare.

"Banyak yang merasa jagoan karena selama ini hidupnya di pertanian. Pendampingan oleh anak muda sering diremehkan. Saya sering tanyakan ke petani, "kamu merasa jago bertani tapi kenapa enggak kaya juga?" Karena dia tidak mau berubah," kata pria yang juga menjabat Kepala Staf Presiden (KSP) ini.

Moeldoko menambahkan, yang paling banyak dialami petani adalah persoalan manajerial dan pascapanen.

Kebanyakan petani hingga saat ini tidak terbiasa untuk me-manage. Berikutnya persoalan harga yang selalu dihadapi petani dari waktu ke waktu.

"HPP enggak tau, tenaga enggak dihitung. Kalau dia bertani jagung, kedelai, apalagi padi. Padi itu enam jam setelah panen harus dikeringkan, kalau tidak akan rusak. Ada kira-kira sepuluh persen yang lolos saat panen dengan cara tradisional. Dengan teknologi mekanisasi, lost-nya berkurang menjadi tiga persen," papar Moeldoko.

Persoalan-persoalan itulah yang membuat pria kelahiran Kediri, Jawa Timur ini memutuskan terjun ke pertanian untuk turut mencari solusinya.

Sejak menjabat Ketum HKTI, Moeldoko kerap bekerja sama dengan para peneliti.

"Setelah pensiun, saya ingin berbuat sesuatu. Pertama ingin mengubah mindset. Bagaimana mengajak petani berpikir progresif, bukan tradisional. Bukan yang pasrah dan berpikir ingin kaya saja tidak berani. Kedua, mengubah metode petanian. Metode yang saya jalankan dengan tagline mudah, murah, melimpah. Mudah know how-nya, murah modal kerjanya, dan melimpah hasilnya," terang Moeldoko.

Bersama HKTI, Moeldoko mencoba memberikan solusi persoalan tersebut.

Bagaimana menghadapi tanah yang sempit dan rusak? HKTI lakukan upaya pemuliaan tanah.

"Tanah yang rusak kami perbaiki dengan pendekatan organik. Kami pastikan tanah itu menjadi baik. Tanah sempit kita buat kluster-kluster. HKTI juga memberikan petani pupuk dan benih sehingga petani enggak perlu lagi pusing," ungkapnya.

Tidak hanya itu, HKTI juga memberikan pendampingan, usaha manajemen dan teknologi sehingga petani bertani berteknologi.

"Soal pascapanen. kami beli mau panen berapa pun. Harganya sepuluh persen di atas harga pasar. Ini bukan berarti kami jadi pengijon, karena misi sosial kami adalah memuliakan bumi, meningkatkan produktivitas, dan menyediakan asupan makanan sehat bagi generasi muda ke depan. Ini bisa diadopsi, mau di sayur mayur, apa saja bisa," pungkas Moeldoko. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepertinya Ini Misi Khusus Moeldoko dan Agum dari Jokowi


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
pertanian   HKTI   Moeldoko  

Terpopuler