jpnn.com, JAKARTA - Para pemangku kebijakan di berbagai negara dinilai lebih memilih sesegera mungkin mengambil keputusan untuk memperbaiki ekonomi, hidup berdampingan dengan Covid-19.
Senior Economist INDEF Aviliani mengatakan sepanjang 2008-2019, terjadi gejolak ekonomi dunia yang bersumber dari sektor keuangan, energi, maupun perdagangan. Krisis tersebut tidak begitu nyata menekan sisi permintaan dan penawaran.
BACA JUGA: Waduh! ADB Punya Ramalan Kurang Baik soal Ekonomi 2022, Begini
"Namun, jika tidak disikapi para pengusaha dan regulator, maka krisis ekonomi akan terjadi berkepanjangan," kata Aviliani dalam gelaran Lintasarta Cloud Eka Conference: ICT & Business Outlook 2022, Selasa (21/9).
Aviliani menyebutkan sejumlah sektor yang mengalami pemulihan dalam waktu cepat, antara lain, sektor informasi dan telekomunikasi, industri makanan dan minuman, jasa kesehatan, pendidikan, agrikultur dan peternakan, serta air bersih.
BACA JUGA: Harta Obligor BLBI Kaharudin Ongko Disita, Sri Mulyani: Sudah Masuk ke Kas Negara Â
Sementara itu, sektor yang pemulihannya sedang yakni, sektor perdagangan besar dan retail, industri pengolahan, sektor keuangan, konstruksi, minyak dan gas, transportasi dan pergudangan, serta pertambangan.
Kemudian, sektor yang pemulihannya lambat, di antaranya perhotelan dan restoran, transportasi udara, dan real estate.
BACA JUGA: Aksi Napoleon Bisa Menjadi Preseden Munculnya Kasta Terendah di Penjara, Penista Agama
Menurut dia, pandemi Covid-19 mempercepat peralihan sektor industri ke penggunaan teknologi. Seperti, sektor kesehatan, pariwisata, industri, pendidikan, transportasi, agrikultur, perdagangan, perbankan dan asuransi.
Pada kesempatan sama, President Director Lintasarta Arya Damar menyatakan pandemi Covid-19 telah memorak-porandakan sektor ekonomi dan sektor kesehatan. Hampir seluruh negara mengalami pelemahan ekonomi.
Kendati demikian, Arya menilai pada 2022 terdapat secercah harapan seiring dilakukannya vaksinasi secara masif, diikuti perbaikan kebijakan ekonomi di sejumlah negara.
"Pandemi tidak hanya sekadar memporak-porandakan seluruh lini, tetapi juga menjadi pembelajaran di mana hal ini dapat mendorong penggunaan teknologi lebih cepat lagi," ungkap Arya.
Pada dasarnya, teknologi merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-19 juga membuat para pekerja menjadi terbiasa bekerja secara mobile di luar kantor. Sebagian orang tetap akan bekerja secara hybrid, bekerja di rumah dan di kantor.
Digitalisasi tidak hanya dinikmati masyarakat, tetapi juga perusahaan. Dikatakannya, korporasi yang menerapkan digitalisasi mengalami peningkatan penjualan 21 persen lebih tinggi daripada perusahaan konvensional.
"Bahkan, keuntungan perusahaan melonjak 16 persen lebih tinggi dari perusahaan yang tidak menerapkan digitalisasi," ungkap Arya.
Dia menambahkan perusahaan perlu mempersiapkan teknologi tepat guna untuk mendukung keberhasilan bisnisnya. Hal ini bisa dilakukan dengan menyerahkan strategi teknologi kepada pihak lain. Baik dalam pengadaan infrastruktur berteknologi, server, aplikasi, maupun sistem keamanan. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesya Mohamad