60 Juta UMKM Belum Tersentuh Perbankan

Selasa, 28 September 2010 – 02:22 WIB

DENPASAR - Program inklusi keuangan (financial inclusion) yang mendorong masyarakat dan perbankan agar saling berhubungan, sepertinya sangat tepat dijalankan di IndonesiaPasalnya, saat ini masih terdapat jutaan masyarakat yang tidak masuk dalam radar perbankan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan, saat ini masih ada puluhan juta pelaku sektor usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang belum tersentuh oleh perbankan

BACA JUGA: PKL = Pedagang Kreatif Lapangan

"Jumlahnya ada sekitar 60 juta," ujarnya dalam acara Global Policy Forum 2010 yang diselenggarakan Alliance for Financial Inclusion (AFI) di Jimbaran, Bali, Senin (27/9).

Fakta tersebut artinya menunjukkan bahwa 60 juta UMKM tersebut belum masuk dalam kategori inklusi keuangan
Menurut Darmin, yang dimaksud belum tersentuh adalah 60 juta UMKM tersebut belum mengakses produk/jasa perbankan, baik simpanan maupun kredit

BACA JUGA: TDL Batal Naik, PLN Harus Berhemat

"Istilah sederhananya, belum melek finansial," katanya.

Deputi Gubernur BI Muliaman D
Hadad menambahkan, jumlah 60 juta UMKM yang belum tersentuh layanan perbankan tersebut sangat besar

BACA JUGA: DPR Ingatkan Soal Ancaman Deindustrialisasi

"Potensi ini harusnya bisa dimanfaatkan oleh perbankan," ujarnya.

Apakah likuiditas perbankan Indonesia mampu memenuhi kebutuhan 60 juta UMKM tersebut? Menurut Muliaman, perbankan Indonesia memiliki likuiditas yang lebih dari cukup untuk meng-cover 60 juta UMKM tersebut"Pokoknya, dari sisi likuiditas, perbankan kita mampuNo problem lah," katanya.

Secara matematis, jika dihitung dengan asumsi rata-rata penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor mikro yang sebesar Rp 4 juta per nasabah, maka total potensi penyaluran kredit yang bisa disalurkan untuk 60 juta nasabah tersebut mencapai Rp 240 triliunAngka ini memang bisa tercover karena saat ini saja, kelebihan likuiditas di perbankan Indonesia lebih dari Rp 300 triliun.

Darmin menambahkan, karena itulah, BI sangat mendukung program AFI untuk menghubungkan perbankan dengan masyarakat ataupun sebaliknyaApalagi, dalam Global Policy Forum 2010 hadir ratusan delegasi dari 42 negara berkembang yang memaparkan pengalaman di negara masing-masing dalam program peningkatan inklusi keuangan

"Kita bisa petik banyak pelajaranMisalnya, soal mobile banking atau layanan jasa perbankan menggunakan handphone yang sukses dijalankan di Kenya ataupun Filipina," paparnya.

BI pun, kata Darmin, juga memiliki banyak program yang masuk dalam kategosi inklusi keuanganDiantaranya adalah dengan mengajak bank-bank komersial untuk mengeluarkan produk TABUNGANKU"Dengan produk ini, semua orang bisa memiliki tabunganDan yang terpenting, orang tersebut masuk dan dikenali oleh sistem perbankan," ujarnya.

TABUNGANKU adalah produk simpanan perbankan yang bebas biayaSehingga penabung tidak perlu khawatir jumlah tabungannya berkurang karena terpotong oleh biaya-biaya administrasi(Owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kadin Diminta Bangun Iklim Usaha Tanpa KKN


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler