Dua bulan lagi, tepatnya 26 Desember 2011 ini seantero Aceh bakal memperingati tujuh tahun tragedi tsunami dengan menggelar doa bersamaBahkan masyarakat Lampulo yang bermukim di daerah pesisir pantai Kota Banda Aceh akan menggelar agenda rutin di halaman kapal di atas rumah
BACA JUGA: Zoya Amirin, Psikolog Seksual yang Mendunia lewat Website
Menariknya masing-masing pengunjung objek wisata tersebut nantinya bakal mendapatkan selembar sertifikat.Laporan: Khaddin – Banda Aceh
Memang, setiap tahun wisawatan baik lokal maupun mancanegara tak henti-hentinya melihat saksi bisu tsunami tujuh tahun silan itu
BACA JUGA: Pasangan Yudanegara-Putri Bungsu Sultan Jogja setelah Sehari Menikah
Kapal nelayan bisa terbawa ombak tsunami hingga nengkreng di atas rumah warga di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.Hanya saja, di balik kegoncangan tsunami yang melibatkan kapal PLTD Apung dan sebuah kapal 'nongkrong' di atas rumah, ternyata menyimpan sebuah hikmah
Dengan segala ide-ide cemerlang pun, Geuchik Lampulo Alta Zaini membuat suatu gagasan
BACA JUGA: Nurmali, Bangun Pondok Merah Putih di Wilayah Sengketa RI-Malaysia di Camar Bulan
Pasalnya, selama enam tahun tragedi tsunami berlalu setiap pengunjung yang datang boleh dikata tak memiliki kesan tersendiriKali ini, mengenang tujuh tahun tsunami, Geuchik Zaini bekerjasama dengan warganya akan memberikan penghargaan kepada pengunjungWalau penghargaan tak seberapa, namun kesan itu tetap membekas di hati pengunjung.Ketika ditanya, apa yang bakal diberikan kepada pengunjung kapal di atas rumah tahun iniZaini dengan lugas menyebutkan pengunjung diberi sertifikat secara cuma-cumaDia menyebutkan, objek wisata kapal di atas rumah yang juga dikenal dengan “objek wisata peringatan Allah” hingga saat ini setiap harinya dikunjungi lebih kurang sebanyak 100 wisatawan.
"Baik lokal maupun dari mancanegaraJadi kita tengah mengupayakan untuk memberikan sertifikat kepada wisatawan yang berkunjung,”kata Geuchik Lampulo Alta Zaini kepada Rakyat Aceh, kemarin.
Kehadiran pengunjung tujuannya tak lain hanya ingin menyaksikan langsung kapal yang terseret badai tsunami hingga tersangkut di atas rumah penduduk di daerah pesisir Kota Banda AcehDi lokasi objek ini, para wisatawan juga mendapatkan informasi tentang kapal yang menyelamatkan 59 warga saat tsunami menerjang daratan Aceh enam tahun silam.
Selain itu, kisah-kisah pilu 59 warga yang berada dalam kapal saat itu sudah dikumpulkan dalam sebuah bukuBuku tersebut mengisahkan tentang cerita warga yang berghasil selamat dalam kapal yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan direncanakan bakal dikembangkan dalam bahasa Inggris sehingga dapat dipahami wisatawan luar.
“Ini sangat menarik karena cerita-cerita mereka bisa langsung dibaca dan kita berharap semua masyarakat yang berkunjung ke objek wisata ini, dapat mengambil hikmah dari peristiwa dasyat yang menelan banyak korban,”ucapnya.
Menjelang peringatan tujuh tahun tsunami yang jatuh pada 24 Desember 2011, masyarakat gampong lampulo juga akan memperingati momen memilukan tersebut dengan menggelar doa bersama di halaman kapal tersebut.
Alta Zaini menyebutkan peristiwa gempa disusul gelombang tsunami menyisir daratan Aceh tidak sedikit warganya hilangDari jumlah penduduk sebelum tsunami mencapai 6 ribu orang dengan Kartu Keluarga (KK) sebanyak 2.500, tapi setelah tsunami warga selamat di daerah pesisir tersebut hanya 1.500 jiwa yakni sekitar 500 KK.
“Sekarang ini jumlah penduduk terus meningkat bahkan berbagai sektor usaha seperti pengolahan ikan kemamah, (ikan kayu), Abon Ikan, dendeng Ikan teri, pengolahan rumput laut, kerajinan tangan ibu-ibu dan sejumlah usaha makin berkembang,”sebut Alta tersenyum.
Baru-baru ini, pihaknya juga sudah menerima bantuan sebesar Rp 70 juta dari PNPM pariwisataDengan dana tersebut ia berencana akan membangun kios wisata, pembuatan souvenir, pengembangan sanggar dan home industri, sehingga selain sektor wisata berkembang perekonomian masyarakat juga tumbuh.
Pengelolaan kapal di atas rumah, sebut Alta Zaini hingga saat ini belum diberikan kewenangan untuk tingkat satu maupun tingkat dua dan kawasan saat ini masih dalam pengawasan ESDM dan belum diserahkan kepada pemerintah Kota Banda Aceh, sehingga apa yang ingin dibuat untuk pengembangan wisata masih tersendat-sendat.
Sementara Pemerintah Kota Banda Aceh sendiri dalam waktu dekat akan membebaskan lahan seluas 100 meter yang diperuntukkan untuk lahan parkir.
Bahkan Alta Zaini sudah dua kali menyurati Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meminta percepatan rehabilitasi objek wisata tsunami kapal di atas rumah yang berada di gampong setempat.
“Surat ini sudah kita layangkan seminggu lalu, intinya meminta mKementerian ESDM mempercepat rehab lokasi wisata kapal di atas rumah seperti pagar, papin bok yang sudah bergelombang, pemindahan panggung, papan informasi dan tiang penyangga yang sudah jatuh ke atas rumah warga,”sebutnya Alta Zaini.
Lain halnya dengan Muzaini, Warga Aceh Utara yang baru-baru ini mengantar jamaah haji ke Banda Aceh mengaku selama ini saya hanya mendengar cerita dari orang ke orang tentang kapal di atas rumah ini dan saya sangat puas bisa melihat langsung,”ujar Bustami, Warga Aceh Utara yang belum lama ini ikut mengantar jamaah haji.
Pria yang lajang itu menyatakan sangat takjub menyaksikan beberapa objek wisata peninggalan tsunami seperti PLTD Apung dan Kapal di atas rumah dan tidak bisa terbayangkan dasyatnya badai tsunami yang menyisir daratan Aceh enam tahun silam(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingin Bersantai dengan Istri Baru, Lanjutkan Bisnis
Redaktur : Tim Redaksi