753.498 Anak Wajib Dapat Imunisasi Difteri

Kamis, 18 Januari 2018 – 22:03 WIB
Ilustrasi Imunisasi. FOTO : JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Seiring dengan penetapan status kejadian luar biasa (KLB) difteri di Jatim, Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya menyiapkan imunisasi.
Sepanjang 2018, imunisasi dilangsungkan tiga kali.

Mengikuti program pemprov, Dinkes Surabaya mengadakan imunisasi masal khusus untuk anak berusia 1-19 tahun.

BACA JUGA: Waspada, Jatim Masih Masuk KLB Difteri

"Bahkan, yang umur 20 tahun kurang sehari saja harus ikut imunisasi," tutur Kepala Dinkes Surabaya Febria Rachmanita

Dinkes juga tidak akan memandang status imunisasi anak yang bersangkutan, apakah dia pernah diimunisasi difteri atau belum.

BACA JUGA: Produksi Vaksin Difteri Ditambah Tahun Ini

Dia menjelaskan, biasanya orang tua khawatir jika anaknya terlalu sering menerima imunisasi.

Selain imunisasi difteri, umumnya para orang tua membawa anaknya untuk imunisasi rutin.

BACA JUGA: DKI Siapkan Rp 844 M untuk Amunisi Perangi Difteri

Feny -sapaan akrab Febria Rachmanita- menegaskan, imunisasi kali ini berbeda dengan yang rutin dan wajib diikuti.

Orang tua tidak perlu khawatir anaknya akan terserang demam setelah menerima imunisasi difteri.

"Memang, mungkin akan terasa sedikit meriang. Tapi, justru itu bagus karena menunjukkan reaksi," jelasnya.

Imunisasi bakal diadakan tiga kali dalam setahun. Yakni, pada Februari, Juli, dan Desember.

Feny menyarankan para orang tua untuk mencari bulan yang paling berdekatan dengan jadwal imunisasi rutin si anak.

Jadi, anak bisa sekaligus menerima imunisasi selain difteri.

Untuk imunisasi sepanjang 2018, dinkes menyiapkan satuan tugas (satgas) khusus yang beranggota 1.093 tenaga vaksinator.

Mereka akan diturunkan ke 6.677 pos outbreak response immunization (ORI). Pos itu, lanjut dia, tersebar di puskesmas, posyandu, klinik, dan bidan.

Dinkes juga bekerja sama dengan rumah sakit untuk menerima pasien imunisasi difteri.

Targetnya, dari tiga kali kegiatan tersebut, ada 753.498 anak Surabaya yang mendapat imunisasi difteri.

Dia menambahkan, bukan hanya anak warga ber-KTP Surabaya yang memperoleh layanan imunisasi tersebut.

"Pokoknya, semua anak yang tinggal di Surabaya akan kami imunisasi," imbuhnya.

Di Surabaya, sempat ditemukan 29 kasus gejala difteri selama 2017. Mayoritas gejala dialami anak-anak di bawah 19 tahun.

"Tetapi, ada juga yang berusia 24-26 tahun. Bahkan, ada yang lebih dari 60 tahun, satu orang," katanya.

Feny menyebutkan, orang dewasa pun bisa terkena difteri karena beberapa faktor.

Salah satunya terjadi karena imunisasinya tidak lengkap ketika orang tersebut masih anak-anak.

Faktor lainnya, lingkungan memperburuk gejala difteri dengan cepat. (deb/c16/git/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wabah Difteri Menjalar, Penjual Terompet Ikut Kena Imbas


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler