jpnn.com, SURABAYA - Jumlah penderita difteri di wilayah Jawa Timur naik dalam dua tahun terakhir.
Bahkan, kini Jatim masuk dalam daftar daerah berstatus kejadian luar biasa (KLB) difteri.
BACA JUGA: Produksi Vaksin Difteri Ditambah Tahun Ini
Kondisi itu membuat pemprov melakukan langkah darurat. Kemarin Gubernur Jatim Soekarwo menginstruksi seluruh kabupaten/kota untuk melaksanakan outbreak response immunization (ORI).
Lewat program itu, seluruh warga Jatim berusia 1-19 tahun mendapat imunisasi difteri.
BACA JUGA: DKI Siapkan Rp 844 M untuk Amunisi Perangi Difteri
Kebijakan tersebut diambil dalam rapat koordinasi pemantapan ORI difteri di kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim kemarin.
Rakor yang dipimpin gubernur itu dihadiri perwakilan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Untung Suseno Sutarjo.
BACA JUGA: Wabah Difteri Menjalar, Penjual Terompet Ikut Kena Imbas
Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa ORI bakal digelar serentak di 38 kabupaten/kota di Jatim.
"Tentu, kami sedih dengan hal ini. Karena itu, mari bersama-sama bergerak mengatasi difteri," katanya.
Selain itu, program ORI diberikan kepada 10.717.765 warga berusia di bawah 20 tahun.
Vaksin tersebut diberikan di tempat-tempat layanan imunisasi. Mulai puskesmas, posyandu, hingga lembaga pendidikan.
Lantaran berstatus KLB, ORI dilaksanakan tiga tahap dalam setahun. Imunisasi pertama diberikan pada Januari.
Sementara itu, dua tahap selanjutnya dilakukan pada Juni dan Desember.
Program ORI juga mengharuskan pemprov membuat kebijakan darurat soal pendanaan.
Selain menggunakan dana dari APBD Jatim 2018, pelaksanaan ORI memakai dana yang dialokasikan seluruh kabupaten/kota.
Diproyeksikan, dana yang dibutuhkan mencapai Rp 98 miliar.
Dana itu digunakan untuk operasional pelaksanaan ORI yang dicanangkan pemerintah pusat.
Saat ini, bersama 30 wilayah lain, Jatim ditetapkan sebagai salah satu wilayah berstatus KLB difteri. (ris/c16/end/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Difteri Mewabah, Terompet Kurang Peminat
Redaktur & Reporter : Natalia