jpnn.com, JAKARTA - Seorang peserta seleksi calon Bintara Polri bernama Fahrifadillah Nurizky (21) mendadak viral di media sosial dan tengah jadi sorotan publik.
Fahri mengaku dirinya sudah dinyatakan lulus oleh panitia seleksi Calon Bintara Polri di Polda Metro Jaya.
Dia menyebut dirinya dinyatakan lulus dengan peringkat 35 dari 1.200 peserta.
Namun, nama Fahri hilang dan digantikan nama peserta lain.
BACA JUGA: Brigjen Ramadhan Beberkan Tugas Baru Raden Brotoseno, Ternyata
Fahrifadillah dinyatakan tidak memenuhi syarat menjadi anggota Polri.
Padahal Fahri sudah siap mengikuti pendidikan calon Bintara Polri.
BACA JUGA: Dugaan Pencemaran Nama Baik, Pemilik Yayasan Pelindung Binatang Dilaporkan ke Polisi
Berikut deretan fakta kasus tersebut:
1. Fahri didiagnosa buta warna parsial
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengatakan Fahrifadillah dinyatakan tidak memenuhi syarat pada tahap pemeriksaan kesehatan.
"Yang bersangkutan tidak memenuhi syarat pada tahap pemeriksaan kesehatan dengan diagnosa buta warna parsial," ujar Kombes Zulpan dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Senin (30/5).
2. Fahri sudah 3 kalu ikut seleksi calon Bintara Polri
Fahrifadillah telah mengikuti seleksi penerimaan anggota Polri di Polda Metro Jasa sebanyak tiga kali, yakni pada 2019, 2020, dan 2021.
Pada seleksi calon Bintara Polri 2019 dan 2020, Fahrifadillah dinyatakan tidak memenuhi syarat karena alasan medis yang sama, yaitu buta warna parsial.
Pada seleksi penerimaan anggota Polri 2021 untuk Tahun Anggaran 2022, dia dinyatakan lulus tes gelombang pertama.
3. Tim supervisi menemukan Fahri tidak memenuhi syarat
Zulpan menambahkan terdapat kegiatan supervisi terhadap peserta yang dinyatakan lulus sebelum mengikuti pendidikan Calon Bintara Polri.
Tim supervisi tersebutlah yang menemukan bahwa Fahrifadillah tidak memenuhi syarat karena buta warna parsial.
"Hasilnya adalah yang bersangkutan buta warna parsial yang menyebabkan dia tidak dapat mengikuti pendidikan karena ini adalah syarat mutlak," tegas Kombes Zulpan.
4. IPW sebut panitia seleksi sangat tidak adil
Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso menilai peristiwa yang dialami Fahrifadillah menggambarkan ada permasalahan dalam proses seleksi calon Bintara Polri.
Padahal seleksi tahap pertama adalah kewenangan panitia daerah atau Polda.
"Dalam seleksi tersebut sudah termasuk pemeriksaan atas kesehatan menyeluruh. Apabila kemudian hasil seleksi yang sudah diumumkan dibatalkan oleh panitia pusat (Mabes Polri ) ini adalah ketidakadilan bagi peserta tersebut, apa pun alasannya," kata Sugeng kepada JPNN.com, Selasa (31/5).
5. IPW mendesak Kapolri mengambil sikap
IPW meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengambil sikap atas permasalahan yang menimpa Fahri itu.
"IPW mendesak kapolri memberikan jalan yang adil buat peserta yang dicoret tersebut," ujar Sugeng.
6. Polda Metro Jaya mengeklaim proses supervisi dilakukan secara transparan
Zulpan mengatakan tes ulang kesehatan Fahrifadillah juga dihadiri orang tuanya.
"Kami melakukan langkah-langkah secara transparan, terbuka termasuk menghadirkan orang tua peserta pada saat kami uji ulang di Rumah Sakit Polri Kramat Jati," kata Kombes Zulpan di Polda Metro Jaya, Kamis (2/6).
7. Polda Metro Jaya memiliki data dan rekaman uji ulang tes kesehatan Fahri
Zulpan menambahkan Polda Metro Jaya juga memiliki data dan rekaman uji ulang tersebut.
"Kami memiliki data uji ulang. Yang bersangkutan memang tidak mampu melewati tes, sehingga kesimpulan tim dokter yang bersangkutan buta warna parsial," ujar Zulpan.
8. Polda Metro Jaya menduga Fahri belajar buku tentang buta warna
Kepala Bidang Dokter Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Metro Jaya Kombes Didiet Setioboedi menduga Fahri bisa lolos tes seleksi pada 2022 karena belajar buku tentang buta warna.
Adapun buku ishihara buta warna tersebut adalah buku yang digunakan panitia seleksi tiap tahun untuk mengecek kondisi mata calon polisi.
Fahri tidak lolos setelah melewati tim supervisi yang melakukan pemeriksaan lebih intensif.
"Jika diperiksa secara mendalam ini (buta warna) bisa kelihatan. Jadi, kemungkinan terbesar, yaitu dia belajar dan menghafal buku ishihara," kata Didiet kepada wartawan, Senin (30/5). (cr1/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Heboh Khilafatul Muslimin, Tim Khusus Polda Metro Jaya Bergerak
Redaktur : Soetomo Samsu
Reporter : Dean Pahrevi