jpnn.com, JAKARTA - Ketidakpatuhan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasona Laoly terkait putusan kasasi MA Nomor 504 Tahun 2015 tentang sengketa internal Partai Persatuan Pebangunan (PPP) dikririsi Hamid Awaludin, pendahulunya di lembaga tersebut.
Menurut Awaludin, sikap Yasonna itu malah mempertebal opini publik, jika Indonesia merupakan bangsa yang taak taat asas, tidak disiplin, doyan melanggar aturan hukum.
BACA JUGA: Kisruh PPP, Kubu Djan Faridz Pertanyakan Siapa yang Melecehkan MA
"Berbagai cara dan terapi dilakukan, agar bangsa ini menjadi disiplin untuk menghormati hukum. Namun, perilaku tak disiplin masih banyak terjadi. Yang miris, perilaku tak disiplin hukum ini, dilakukan para pejabat negara," ujarnya di Jakarta, Selasa (15/8).
"Ketidakpatuhan mereka membawa efek domino secara negatif. Prilaku pejabat itu mempengaruhi prilaku rakyat. Rakyat beramai-ramai meniru ulah pejabat yang tidak mau patuh pada ketentuan hukum yang ada," ujarnya.
BACA JUGA: Djan Faridz Minta Pengadilan Perintahkan Menkumham Eksekusi Putusan MA
Padahal, sambung Mantan Menkumham era SBY itu, keputusan kasasi MA berkekuatan hukum tetap dan derajatnya sama dengan undang-undang.
"Sifatnya imperatif. Pihak yang tidak melaksanakan putusan tersebut, melanggar undang-undang. Bila sebuah Rezim pemerintahan sudah melanggar undang-undang, maka risiko politiknya sangat besar. Hukum itu berlaku kepada siapa saja, termasuk pemerintah," bebernya.
BACA JUGA: Tepat Dana Banpol Diberikan ke Kubu Romi
Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini mengingatkan kepada seluruh aparat negara bahwa ketentuan yuridis yang tertuang dalam UU Peradilan Tata Usaha Negara sudah jelas disebutkan bahwa 4 bulan setelah putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, tergugat (tata usaha negara) tidak melaksanakan kewajibannya, maka keputusan Tata Usaha Negara itu tidak lagi mempunyai kekuatan hukum.
Bila tergugat tidak mau melaksanakan putusan pengadilan tersebut, lanjut Awaludin, maka pejabat yang bersangkutan dikenai upaya paksa pembayaran sejumlah uang dan sanksi administratif.
"Yang terakhir ini kita sangat miskin. Piramida struktur pemerintahan kita masih enggan memberi sanksi kepada pejabatnya yang tidak melaksanakan putusan Peradilan Tata Usaha Negara," paparnya.
Sebagai mantan Menkumham, dia bukan tidak pernah menghadapi persoalan internal partai politik. Bahkan, ia juga menghadapi berbagai tekanan politik, demo silih berganti dari internal partai bersengketa.
"Apapun keputusan atau kebijakan yang saya ambil pasti selalu disalahkan. Tapi setelah pengadilan mengambil sebuah putusan hukum, saat itu juga saya langsung melakukan eksekusi. Saya jalankan putusan pengadilan itu,” tutupnya.(Jlo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sengketa PPP Belum Berkekuatan Hukum Tetap
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh