ABG Ini Jadi Depresi setelah Diperkosa Dukun Cabul

Rabu, 05 April 2017 – 14:49 WIB
Korban dan ayahnya berbincang di rumahnya di Kecamatan Siabu, Selasa (4/4). Foto: MetroTabagsel/JPG

jpnn.com, MADINA - Minta bantuan dukun untuk menyembuhkan penyakit, seorang gadis di Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, jadi korban pemerkosaan.

Sang dukun cabul pun langsung ditangkap polisi setelah pihak keluarga korban berinisial N, 17, tersebut melapor ke polisi.

BACA JUGA: Bejat! Duda Jablai Cabuli Dua ABG

M, ayah korban bercerita kepada awak Metro Tabagsel (Jawa Pos Group), kemarin. Tiga bulan lalu, istrinya mengalami stroke.

Kemudian, pelaku berinisial HM, 35, warga yang sama menawarkan terapi penyembuhan. M yang sangat mendambakan kesembuhan istrinya menyambut tawaran pelaku.

BACA JUGA: Komnas PA: Bekasi Daerah Merah Kejahatan Seksual Anak

“Memang seperti ada sedikit kesembuhan pada istri saya setelah ditangani pelaku. Dibaca-bacanya, diberikan ramuan,” katanya.

Namun, beberapa pekan terakhir, gejala penyakit yang sama muncul kembali. Lalu, M dan istrinya pada Minggu (26/3) pekan lalu, kembali berkunjung ke rumah HM.

BACA JUGA: Jahat, Abang Garap Adik Iparnya, Terungkap karena Hamil

HM kemudian mencoba lagi terapi yang biasa dilakukannya, dengan bacaan dan bertingkah seperti kesurupan. Kemudian, HM menyarankan M dan istrinya membawa N, anak pertama mereka ke rumah pelaku.

“Dia kayak kesurupan. Ada katanya neneknya yang masuk ke tubuh dia itu. Saya pun bodoh karena terlena keinginan istri sembuh. Kalau sudah dimasuki neneknya itu, dia pasti berbahasa Indonesia. Setelah sadar waktu itu, dia bilang ini seperti penyakit keturunan, termakan sumpah ayah istri saya,” beber lelaki seharinya bertani itu.

Setelah N didatangkan ke rumah HM, dia memijat induk jari kaki korban (N,red) hingga menjerit. Jeritan ini merupakan tanda sakit menurut pelaku, sekaligus tanda adanya penyakit yang sama dengan istrinya.

HM kemudian memberikan telur pada istri M dan N, masing-masing satu butir. Setelah dibacakan sesuatu, telur yang semula berada di tangan mereka dipecah. Telur yang berada pada tangan istri M terdapat tiga jarum. Sedangkan telur yang ada pada N, kosong.

“Kamu lagi datang bulan ya? Katanya pada boru saya. Iya betul, jawabnya. Itu memang karena sedang datang bulan itu, sementara jarum yang ada di telur itu ditusukkan ke pohon pisang, itu perintahnya saat itu,” tambah ayah tiga anak itu.

Usai meramal adanya penyakit turunan tersebut, HM kemudian meminta dua bantal untuk diletakkan di bagian kamar tamu rumahnya. M dan istri disuruh ke luar rumah, dan saat itu pelaku dengan berlagak kesurupan kemudian menyarankan agar N meminta nomor telepon selular pelaku.

Benar saja, tak lama dari itu N meminta nomor telepon selular pelaku. Pelaku pun berjanji akan memberikan obat penyembuh penyakit yang dialami korban.

Besoknya, Senin (27/3). Usai pulang sekolah, korban menghubungi HM untuk menanyakan obat yang dijanjikan sebelumnya. Lalu, N disuruh menjemput sendiri ke rumah HM. Setelah N tiba di sana, terjadilah tindakan pemerkosaan itu. N juga diancam bakalan gila dan penyakitnya semakin ganas.

“Di rumah anakku ini menangis terus, waktu solat juga. Kemudian saya tanyakan apa yang terjadi? Begitulah diceritakannya hingga saya melaporkan HM ke Polres Madina besoknya, atau Selasa (28/3). Tapi, Senin malamnya, dia (HM) malah datang ke rumah kami,” sebut M.

M yang emosi karena putri sulungnya mendapat kekerasan seksual, menghantam pelaku. Hingga akhirnya dilerai warga dan keluarganya. Padahal, menurut M, HM selama ini sudah dianggapnya sebagai saudara.

Kini, pelaku telah diamankan Satreskrim Polres Madina. Menurut Kasat Reskrim, AKP Hendro Sutarno, pelaku diamankan Senin (3/4) malam di Jalinsum Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan.

“Diduga melakukan perbuatan tindak pidana melakukan persetubuhan terhadap anak dan melakukan perbuatan cabul terhadap anak. Melanggar Pasal 82 UU RI No. 35 Tahun 2014 Tentang perubahan atas UU RI no. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,” terangnya dari pesan singkat.

Sedangkan korban saat ini, menurut keluarga masih depresi dan sering melamun. Korban yang berprestasi di sekolah itu bahkan tak bisa ditinggalkan. Sebab sering menangis sendiri.

“Kami suruh terus berdzikir, berdzikir. Saya tak bisa meninggalkan dia. Dia harapan saya, anaknya pintar,” tandas M menyesali semua yang telah terjadi pada anaknya itu.(san/msg)



BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Hakim, Tolong Hukum Ayah dan Ibuku, Mereka Biadab


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler