Abu Bakr dan Perjuangan Pembebasan Budak

Kamis, 07 Juni 2018 – 13:58 WIB
Kaligrafi nama Abu Bakr di Istanbul, Turki. Foto: Public Domain.

jpnn.com - Sebelum menganut Islam, tabungan Abu Bakr dari hasil perdagangannya, tak kurang dari empat puluh ribu dirham. Dalam Islam, meski tetap berdagang--setelah hijrah ke Madinah, sepuluh tahun kemudian--hartanya itu hanya tinggal lima ribu dirham. Apa sebab?

Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Mau Tahu Ciri-ciri Abu Bakr Siddiq?

Suatu hari, Abu Bakr menyaksikan seorang budak berkulit hitam dijemur di ladang. Sinar matahari sedang terik-teriknya.

Si budak sungguh tak berdaya. Sebuah batu besar menindih dadanya.  

BACA JUGA: Pemerintah Harus Intens Sidak ke Pasar Jelang Lebaran

Demi melihat penyiksaan itu, Abu Bakr bernegosiasi dengan si tuan budak yang sedang menyelenggarakan hukuman. 

Alhasil, meski harus merogoh kocek cukup dalam, Abu Bakr membeli budak itu. Dan lalu membebaskannya.

BACA JUGA: Abu Bakr bin Siapa?

Kemudian hari, budak berkulit hitam tersebut menjadi orang pertama yang mengumandangkan adzan. Ya, namanya Bilal. Muadzin bersuara merdu, orang sekampung ibunda Bob Marley.

Kisah legendaris di atas, yang senantiasa diulang-ulang oleh para perawi sejarah Islam, diangkat dengan cukup baik dalam adegan film berjudul “Bilal”.

Tidak sedikit budak—baik lelaki dan perempuan--yang dibeli dan kemudian dibebaskan oleh Abu Bakr. Selain Bilal bin Rabbah, tersebut pula nama Amir bin Fuhairah yang setelah bebas bekerja menjadi gembala kambing-kambing peliharaan Abu Bakr.

Menurut Muhammad Husain Haekal, peneliti sejarah Islam yang menulis buku biografi Abu Bakar Siddiq, itulah satu di antara penyebab merosotnya tabungan Abu Bakr, dari empat puluh ribu dirham sebelum Islam, tinggal lima ribu dirham setelah berdakwah memperjuangkan agama baru yang diyakini penuh kebenarannya.

“Keimanan Abu Bakr tidak akan sedemikian tinggi, kalau ia tidak melihat segala perbuatan Rasulullah,” tulis Haekal dalam buku setebal bantal berjudul Abu Bakr As- Siddiq.

Tak hanya harta, tidak jarang Abu Bakr pasang badan membela Nabi Muhammad.

Ambil contoh saat peristiwa di Hijr. Hari itu, sebagaimana dikisahkan Ibnu Hisyam, orang pertama yang menulis biografi Nabi Muhammad, orang-orang berkerubung hendak mengeroyok Muhammad bin Abdullah karena dianggap telah mencela kepercayaan mereka.

Ketika satu di antara orang itu menarik baju Nabi Muhammad, Abu Bakr langsung maju. Dia mempertanyakan perbuatan orang-orang itu sambil menangis.

Karena ketokohan Abu Bakr, yang punya pengaruh di Mekah, orang-orang yang hendak mengeroyok Nabi Muhammad itu pun bubar.   

Lakon Abu Bakr lainnya yang sangat melegenda dalam sejarah Islam adalah saat memverifikasi peristiwa Isra.

Orang-orang mendatangi Abu Bakr dan mengadu padanya bahwa Muhammad mulai ngelantur omongannya.

“Kalian berdusta…” tandas Abu Bakr, setelah mendengar penjelasan sejumlah orang.

“Sungguh,” jawab mereka. “Dia (Muhammad) di masjid sedang berbicara dengan orang banyak.”

Hari itu, Muhammad mengumumkan bahwa semalam dirinya telah melakukan perjalanan dari Masjidilharam ke Masjidilaksa. Bahkan sempat sembahyang di sana.

Cerita itu membuat, jangankan musuh-musuhnya, orang yang telah masuk Islam pun menganggapnya membual. Mengingat, perjalanan kafilah Mekah-Syam yang terus menerus pun memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang.

Abu Bakr langsung menuju masjid. Dia mendengarkan Rasulullah mengisahkan suasana di Baitulmukadas—kota yang pernah dikunjungi Abu Bakr. 

“Selesai Nabi melukiskan keadaan mesjidnya, Abu Bakr berkata: Rasulullah, saya percaya…sejak itu, Muhammad memanggil Abu Bakr gelar as-sidiq,” tulis Haekal.

“Sesudah peristiwa Isra itu,” sambung Haekal, “sebagai orang yang cukup berpengalaman akan seluk beluk perbatasan, Abu Bakr tetap menjalankan usaha dagangnya.”

Tapi kini, sebagian besar waktunya digunakan menemani Nabi Muhammad, menjaga orang-orang lemah yang sudah masuk Islam, melindunginya dari gangguan Kuraisy, dan terus menggugah hati orang banyak akan kebenaran agama baru yang dibawa Muhammad.

Pendek kisah, setelah Muhammad wafat, Abu Bakr dipilih menjadi pemimpin Islam. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Awal Islam, Sesama Pembaca Quran Pernah Saling Melaknat


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler