jpnn.com - KARENA merasa lebih baik dari yang lain, tak berapa lama paska wafatnya Nabi Muhammad, sesama pembaca Al-Quran saling melaknat. Saling mengkafirkan. Usman bin Affan pun mengeluarkan kebijakan berikut ini…
Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Polda Metro Bentuk Tim Khusus Pengusut Video Sobekan Alquran
Penyebaran Islam kian meluas pada masa pemerintahan Umar bin Khatab dan Usman bin Affan.
Al Quran sebagai warisan Nabi Muhammad dibaca-ajarkan kepada orang-orang dan di negeri-negeri yang baru dimasuki.
BACA JUGA: Bamsoet Curigai Upaya Adu Domba di Balik Sobekan Alquran
Rupanya, timbul perbedaan dalam membacanya. Kian lama, perbedaan itu makin tajam dan beragam. Sampai-sampai ada yang merasa bacaannya lebih baik dari yang lain.
Mereka berselisih dan bertengkar. Saling melaknat. Saling menuduh kafir.
BACA JUGA: Polri Bisa Kehilangan Kepercayaan Gara-gara Barbuk Alquran
Ketika itulah Huzaifah bin Yaman yang sedang turut serta dalam ekspedisi perang di Armenia dan Azerbaijan, cepat-cepat kembali pulang ke Madinah. Dan menemui Usman bin Affan.
Muhammad Husain Haekal, penulis biografi Usman bin Affan, mengisahkan dialog antara Huzaifah dan Usman sebagai berikut ini…
“Cepat selamatkan umat ini sebelum menemui kehancuran,” Huzaifah langsung ke pokok persoalan.
“Mengenai apa?” tanya Usman.
“Tentang kitabullah,” jawab Huzaifah. “Aku mengikuti ekspedisi itu. Aku telah bersama-sama dengan orang-orang dari Irak, dari Syam dan dari Hijaz,” sambungnya seraya menceritakan perselisihan yang terjadi akibat merasa paling benar dalam bacaan Quran.
Usman bin Affan pun menyadari bahaya itu. Sebuah rapat digelar membahas apa yang disampaikan Huzaifah.
Dalam rapat itu, tulis Muhammad Haekal, Usman menyampaikan pendapatnya…
“Menurut pendapatku, orang harus sepakat dengan hanya satu bacaan. Kalau sekarang kita berselisih, maka perselisihan generasi sesudah kita akan lebih parah lagi.”
Para pemuka dan pemikir Islam yang hadir rapat tersebut, bersetuju dengan pendapat Usman.
Seseorang lalu diutus menemui Hafsah untuk menjemput mushaf Abu Bakr—ayat dan surah yang pernah dikumpulkan oleh Zaid bin Sabit atas perintah Abu Bakr—untuk disalin.
Usman menggunakan mushaf Abu Bakr sebagai pedoman ketika menyusun-seragamkan bacaan Al Quran, seperti yang ada hingga saat ini.
"Pengumpulan Quran dengan segala isi dan susunannya mencerminkan ketelitian yang luar biasa," begitu pendapat orientalis Barat, Sir William Muir (1819-1905).
"Bagian-bagian yang beraneka ragam digabung dengan sangat bersahaja tanpa dibuat-buat atau dipaksa-paksakan," sambungnya.
Lebih jauh, penulis buku The Life Mohammad itu menulis...
"Dalam pengumpulan itu tak ada tanda-tanda adanya campur tangan dengan berusaha mau berlagak pintar atau mau merekayasa. Apa yang dikumpulkannya itu membuktikan betapa dalamnya keimanan dan keikhlasan penghimpunnya." (wow/jpnn)
Baca juga:
Bacalah! Sejarah Penyusunan Al Quran
Ada Sosok-sosok ini Di Balik Pengumpulan Ayat Al Qur
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Sosok-sosok ini Di Balik Pengumpulan Ayat Al Quran
Redaktur & Reporter : Wenri