jpnn.com - PESONA alam di Pura Uluwatu memanjakan wisatawan yang berkunjung. Namun, di balik keindahan alamnya yang alami, ada hal-hal magis yang terjadi di kawasan Pura Uluwatu.
Mesya Mohamad, BALI
BACA JUGA: Khawatir Bisnis Prostitusi Sambut Tenaga Kerja Asal Tiongkok
PURA Uluwatu terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan laut. Pura ini sangat unik. Keunikannya terletak pada bentuk pura yang hanya satu gelung dan menjorok ke laut. Itu pulalah yang membuat masyarakat menyebutnya Candi Gelung.
Pura Uluwatu dibangun pada 1546, sejak zaman Kerajaan Majapahit. Ini terlihat dari desain serta ukiran pura bergaya khas Majapahit. Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian pura.
BACA JUGA: Rencana Yuni atas Bonus Rp 2 Miliar plus Rp 15 Juta per Bulan
Hutan atau alas kekeran dengan luas kurang lebih 11 hektare ini, banyak terdapat tanaman perindang. Baik tanaman khas perbukitan maupun lainnya. Kondisi ini membuat kawasan Pura Uluwatu sejuk, nyaman, dan indah. Saat Desember biasanya musim pohon merak berbunga menambah kesan indahnya panorama Uluwatu.
Di hutan dan sekitarnya banyak dijumpai kera-kera yang berekor panjang. Kera-kera ini dirawat dan dilindungi dengan baik, sehingga dijadikan salah satu daya tarik wisata Uluwatu.
BACA JUGA: Mengharukan, Warga Dayak dan Madura Menangis
Menurut Mosin Arjana, salah satu pengelola kawasan Pura Uluwatu, ada kepercayaan di masyarakat untuk menghindari pantangan-pantangan yang diberikan saat masuk kawasan wisata Uluwatu.
Beberapa pantangannya adalah wanita haid dilarang masuk, laki-laki tidak boleh kencing sembarangan, harus berpakaian tertutup, dilarang bermesraan, dilarang makan di wilayah Pura Uluwatu, dilarang membuang sampah, dan lainnya.
Mosin mengisahkan, beberapa kejadian magis terjadi kepada wisatawan yang melanggar aturan. Pernah sekelompok anak SMA berpacaran di wisata luar Pura Uluwatu, bus yang ditumpangi mogok dan kecelakaan.
Demikian juga turis yang sengaja membuang sampah, barang-barang pribadinya diambil monyet.
"Bagi orang lain mungkin ini suatu kebetulan. Tapi kejadian ini terjadi bila ada yang melanggar," ucap Mosin kepada JPNN belum lama ini.
Hal senada diungkapkan I Wayan Wijana. Manager Pengelola Wisata Uluwatu. Pernah seorang bule dikejar monyet. Meski sudah diusir, monyet tersebut terus mengejar perempuan bule itu. Usut punya usut ternyata bule itu tengah datang bulan.
"Kami langsung mengamankan bule yang sudah ketakutan tersebut ke luar lokasi Pura Uluwatu. Kami tunjukkan ketentuan dan larangan memasuki kawasan pura yang dikeramatkan masyarakat Bali," terangnya.
Kejadian lainnya adalah ketika dua turis, Australia dan Makassar yang tanpa sengaja membawa kain penutup aurat perempuan. Kain panjang berwarna ungu, hijau, merah, kuning, orange ini memang disiapkan pengelola tepat di samping pintu gerbang kawasan Pura Uluwatu.
Bagi perempuan yang mengenakan celana pendek diwajibkan memakai kain panjang tersebut.
"Kebetulan saat pulang, dua turis tidak mengembalikan kain panjangnya. Namun tidak sampai dua minggu, kain panjang itu dikembalikan lewat kiriman paket dari Australia maupun Makassar ke pengeloa Pura Uluwatu," bebernya.
Wijana menyebutkan, dua turis ini mengaku mendapatkan mimpi-mimpi menyeramkan. Hatinya pun selalu gelisah di malam hari.
"Katanya sih seperti ada yang mengikuti mereka, makanya mereka menelepon kami dan meminta maaf. Kainnya pun langsung dikembalikan. Padahal kalau dilihat kain panjangnya tidak seberapa harganya," terangnya.
Kejadian-kejadian itu, semakin menguatkan kepercayaan masyarakat Bali, khususnya Uluwatu untuk menjaga sikap saat berada di lokasi pura. Pengelola pun memasang CCTV di setiap sudut untuk memantau perilaku pengunjung.
"Ya kami jaga-jaga saja, takutnya kejadian tidak mengenakkan akan menimpa pengunjung bila melanggar aturan yang sudah ditetapkan," tandasnya. (***/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiat Indonesia Siapkan SDM Hadapi Era MEA
Redaktur : Tim Redaksi