JOGJA - RSUP DrSardjito sampai saat ini masih menerima pasien kejadian luar biasa (KLB) Merapi
BACA JUGA: Selokan Mataram Mampet
Pasien yang masuk ke rumah sakit ini tak hanya mereka yang menjadi korban erupsi Merapi, tapi juga para pengungsi yang mengalami sakit selama berada di pengungsian.Pemerintah menanggung penuh seluruh biaya pengobatan para korbanBACA JUGA: Harimau Mulai Serang Ternak Warga
Kepala Hukum dan Humas RSUP Dr
BACA JUGA: Komplotan Penjarah Beraksi di Kampung Mati
"Info terkini yang saya dapat, masa tanggap darurat diperpanjang sampai 9 DesemberKarena itu, seluruh pasien Merapi yang masuk di antara 26 Oktober sampai 9 Desember terhitung pasien KLBSeluruh pembiayaan dari pemerintah melalui kementrian kesehatan," jelasnyaBesarnya biaya pengobatan selama terjadi KLB Merapi belum ditentukanNamun, Heru memastikan sumber pembiayaan datang dari pemerintahPihak di luar pemerintah tidak memberikan bantuan berupa dana, melainkan obat dan peralatan"Kita mendapat bantuan obat-obatan dan alat kesehatan dari luarAda yang dari rumah sakit, ada yang merupakan hibah dari dinas kesehatan, ada juga dari beberapa stasiun TV," tuturnya
Meski belum dikalkulasi, Heru mengatakan, jumlah biaya yang dikeluarkan selama KLB Merapi tinggiSelain kebutuhan obat-obatan dan operasi, banyak pasien yang membutuhkan perawatan intensif"Untuk operasi patah tulang dan pasang plat, biayanya tinggiSatu plat bisa berharga Rp 5 juta - Rp 6 jutaBelum lagi biaya lainnya seperti satuan perawatan intensif ICU, ICCU, dan ruang picu," katanya memberi ilustrasi
Operasi plastik untuk pemulihan korban luka bakar di atas 46 persen juga diakui membutuhkan biaya besar"Sekarang baru dua yang dioperasi plastikSemuanya dengan luka bakar di atas 46 persenAgar kondisinya cepat membaik, pencangkokan kulit harus cepat dilaksanakan," tuturnya
Total korban erupsi Merapi yang ditangani RSUP DrSardjito adalah 429 orangSebanyak 193 di antaranya tidak memerlukan rawat inapSetelah dilakukan perawatan di IGD, kondisi mereka membaik dan dinyatakan bisa berobat jalanSedangkan sisanya yaitu 236 dirawat di berbagai ruang karena luka bakar dan non-luka bakar"Untuk pasien non-luka bakar, biasanya penyakitnya patah tulang atau cidera di kepala," ungkapnya
Dari 236 yang dirawat, 48 akhirnya meninggalMeski kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien luka bakar, Heru menambahkan, beberapa pasien juga meninggal karena usia lanjut"Kondisinya terus menurun karena usianya memang sudah lanjut dan mengalami komplikasi penyakit lain seperti stroke dan serangan jantung," jelasnya
Untuk pasien yang sudah sembuh luka fisiknya tapi masih mengalami trauma psikologis, Heru menyampaikan kewajiban penanganannya diserahkan kepada psikologKewajiban RSUP DrSardjito adalah pemulihan luka fisik"Kalau untuk trauma organik, dalam artian ada organ tubuh yang terluka, kami punya kewajiban menangani sampai sembuhTapi untuk trauma non-organik yang melibatkan psikologis, penanganannya sudah bukan medis lagiKami menyiapkan tim untuk trauma healing, tapi itu di luar pemulihan luka fisik," paparnya
Meski dijanjikan bebas pembiayaan, masih ada pengungsi yang harus membayar biaya pengobatan selama di RSUP DrSardjitoAnton Ichtiarso, PNS di Pengadilan Negeri Sleman, yang mengalami kecelakaan saat mengendarai motor di sekitar Stadion Maguwoharjo harus membayar biaya operasi dan perawatannya sebesar Rp7.219.800
Kecelakaan yang dialami Anton mengakibatkan patah tulang di sekitar leherAnton yang berada di RSUP DrSardjito dalam rentang waktu 16-25 November sebenarnya diharuskan membayar Rp 12.930.444Tetapi karena dia adalah PNS, sebagian pengobatannya ditanggung Askes"Yang ditanggung Askes sebanyak Rp5.574.150Selain itu saya harus bayar sendiriWaktu itu kondisinya tidak menentu, saya sedang sakit sehingga tidak bisa ikut mengurus status saya sebagai pengungsi dan korban erupsi Merapi," ceritanya.
Saat itu, Anton bersama 11 orang lainnya mengungsi di Rumah Dinas Pengadilan Negeri Sleman di sekitar Stadion Tridadi"Saya tidak tahu status saya itu pasien KLB sehingga saya harus membayar," ujarnya yang saat ini mengungsi di rumah mertuanya di Jambusari, MaguwoharjoSurat-surat keterangan pengungsi untuk mendukung statusnya sebagai korban KLB Merapi sudah disiapkanNamun belum ada respons dari pihak rumah sakit
"Kalau kelengkapan surat, saya sudah siapkanJadi kalau pihak rumah sakit menanyakan, saya sudah ada," paparnyaSaat ini, Anton mengakui kondisinya sudah membaik, namun belum sepenuhnya pulihLehernya masih dipasangi gips pascaoperasi patah tulang di RSUP DrSardjito(luf)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sementara, RE Nainggolan Plt Sekda
Redaktur : Tim Redaksi