Keinginan Abu Dhabi menjadi negara modern sangat seriusMereka tak tanggung-tanggung menghabiskan dirham untuk membangun peradaban baru
BACA JUGA: Dosen Universitas Indonesia, Arman Johan, Ciptakan Software Pendeteksi Leukemia
Berikut laporan wartawan Jawa Pos, Endrayani yang baru datang dari sanaJIKA tak ada sumber minyak, bayangkan apa yang bisa dilakukan sebuah negara atau kota yang hampir semua penjurunya gurun pasir dan lautan bebas
BACA JUGA: Yang Penting Suami Beri Izin
Apalagi, kalau harus mengubah kota tersebut menjadi kota wisata.Panas menyengat, pemandangan yang hanya berupa pasir dan lautan bebas
BACA JUGA: Sudah Tidak Lagi Berpikir Menjadi WNI
Negara yang 80 persen "warganya" adalah ekspatriat itu telah disulap menjadi pusat hiburan dan pelesir tingkat dunia.Investasi yang ditanamkan tak tanggung-tanggungKini yang berdiri di atas gurun pasir adalah hotel-hotel berbintang lima, lengkap dengan resor dan vilaJuga mal-mal mewah dan resto kelas duniaHotel seperti Shangri-La, Emirates Pearl, Emirates Palace, dan Al Raha, merupakan hotel berbintang yang biaya per malam 400?700 dirham atau sekitar Rp 1,5?2 jutaBahkan, di Emirates Palace per malam bisa Rp 180 juta untuk president suite room.
Saat ini, meski udara sangat menyengat di musim panas (sekitar 44?48 derajat Celsius), tingkat hunian hotel sangat penuh"Musim panas okupansi hotel minimal 75 persenSebagian besar adalah wisatawan mancanegara," kata Kamal, general manager (GM) Hotel Al Raha, salah satu hotel berbintang lima di Abu Dhabi.
Pembangunan yang sangat pesat membuat kehidupan masyarakat Badui yang selalu bergerombol pindah dari satu gurun ke gurun lain (nomad) dengan menggunakan unta tak tampak lagiKini yang tampak jalan-jalan layang dengan tiga lajur hotmiksGurun pasir dibelah dengan jalan dan jembatanBahkan, pantai laut Arabia mulai diurukIni hanya sebagian dari geliat Abu Dhabi untuk bersaing dengan negara modern lainnya.
Syekh Khalifa Al-Nahyan, presiden yang sekarang (pengganti ayahnya Syekh Zayed Al-Nahyan), tampaknya, punya taste yang futuristikIni bisa dilihat tak hanya di bidang pembangunan infrastruktur, tetapi juga pembangunan pusat kebudayaanBahkan, Kota Abu Dhabi disatukan dengan daerah pinggir teluk seperti Saadiyat Island, Corniche, South Beach, dan WetlandDengan demikian, tercipta satu kota yang komplet, baik di bidang bisnis (ekonomi) dan perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.
Abu Dhabi dibangun secara integral dengan daerah lainPembangunan tempat wisata berupa hotel mewah, resor, pusat kebudayaan, dan satu wilayah lain dijadikan tempat olahraga golf yang sudah hampir kelar (90 persen)"Paling lambat 2015 semua resor dan hotel tersebut selesai dibangunKini sudah 90 persen," ujar Mohamed Al Balooshi dari Abu Dhabi Tourism Authority (ADTA).
Pembangunan yang spektakuler dilakukan di Saadiyat IslandTempat itu merupakan satu pulau yang dibangun khusus untuk pusat spaTempat itu menjadi pusat rileks yang serbawahSedangkan pantai selatan dijadikan pusat pendidikan dan pengembangan kesehatan, serta wisata keluargaDi Wetland dikembangkan pulau dengan kekhususan bakau untuk menyelamatkan lingkungan dari eksploitasi kemodernan
"Semua tempat itu bisa ditempuh hanya dalam waktu 15 menit dari Abu DhabiSelain menggunakan pesawat, ada jembatan melintas laut yang sudah direalisasikan," kata Mohamed.
Tak tanggung-tanggung, pulau pribadi milik keluarga Bani Yas (keluarga Syekh Zayed), Desert Island, dijual untuk wisata petualangan (biking, hiking) dan perkemahanPulau yang terpisah dari Abu Dhabi itu juga dipusatkan untuk cagar alam hewan khas Arab, seperti rusa, harimau, dan unta.Untuk menjadikan Abu Dhabi sebagai kota Islam yang mendunia, Syekh Khalifa mendatangkan orang-orang pintar dari seluruh duniaDi antaranya dari Jerman, Prancis, Tiongkok, dan IranMereka dikerahkan untuk mengubah gurun pasir itu menjadi pusat pariwisata dan budaya.
Saadiyat tak hanya untuk rileksPemerintah Abu Dhabi menjadikan tempat di pinggir teluk Arabia tersebut sebagai pusat kebudayaanTak kurang dari lima museum fantastik dibangun di sanaSalah satunya museum Guggenheim Abu Dhabi yang kini mulai diwujudkanDari namanya saja bisa ditebak, pembuat desain museum itu adalah orang JermanDia bernama Frank Gehny(bersambung/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lima Jam di Kapal Induk Tenaga Nuklir USS George Washington
Redaktur : Tim Redaksi