Sudah Tidak Lagi Berpikir Menjadi WNI

Sabtu, 22 Agustus 2009 – 12:57 WIB

Salah satu orang penting di balik keberhasilan Tiongkok menguasai bulu tangkis dunia adalah Tong Sin Fu alias Tang XianhuPelatih kelahiran Lampung itu pernah memoles generasi emas bulu tangkis Indonesia

BACA JUGA: Lima Jam di Kapal Induk Tenaga Nuklir USS George Washington

Dia terpaksa kembali ke Tiongkok karena permohonannya menjadi WNI (warga negara Indonesia) ditolak.

M.DINARSA KURNIAWAN, Hyderabad


PRIA renta itu hampir selalu berada di tepi lapangan setiap kali Lin Dan tampil pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2009
Kepalanya terbungkus topi dan sebuah tas diselempangkan di pundak

BACA JUGA: Maia Estianty Kembali Berhasrat ke Dunia Film

Lin Dan, pebulu tangkis tunggal pria andalan Tiongkok, selalu menoleh ke arah pria renta itu setiap kali lawan berhasil menerobos pertahanannya
Menunggu instruksi

BACA JUGA: Kompleks Bengkel Teater Rendra, setelah sang Maestro Tiada



Lin Dan, yang sejatinya hanya diunggulkan di peringkat kelima, akhirnya berhasil menjadi juara dunia di Gachibowli Indoor Stadium, Hyderabad, 10?16 Agustus laluKeberhasilannya, antara lain, berkat instruksi pria tua yang tak lain adalah Tong Sin Fu, pelatih tim nasional (timnas) Tiongkok.
 
Itu adalah gelar juara dunia ketiga bagi pemain berjuluk Super Dan tersebut, setelah memenanginya pada 2006 dan 2007Di partai final, Tong tak tampak di pinggir lapangan lagiAlasannya, mungkin, partai tersebut mempertemukan sesama pemain Tiongkok, Lin Dan v Chen Jin
Tong adalah sosok yang sangat berjasa bagi kemajuan bulu tangkis di negeri terpadat di dunia ituSentuhan magisnya membuat Tiongkok menjadi raksasa bulu tangkis di era modern iniPara pemain Tiongkok, dalam beberapa tahun terakhir, memang bermain dengan kemampuan jauh di atas pemain mana punTak heran, pada kejuaraan di India itu timnas Tiongkok hanya kehilangan gelar ganda campuranEmpat nomor lain dikuasai pemain TiongkokBahkan, tiga partai final berlangsung antarpemain Tiongkok

Sebaliknya, Indonesia terpurukNova Widianto/Liliyana Natsir, satu-satunya wakil di final kerjuaraan itu,?dikalahkan duet Denmark, Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl.

Melatih pemain Tiongkok, kata Tong, tidak terlalu susahSebab, mereka sangat berbakat"Di Tiongkok, para pemandu bakat telah menyediakan pemain-pemain bagusKami, para pelatih, tinggal memoles," katanya dengan bahasa Indonesia yang masih fasih.
Tong memang lahir dan besar di IndonesiaTepatnya di Teluk Betung, Lampung, 13 Maret 1942"Di Tiongkok, nama saya sering disebut Tang Xianhu atau Tang Hsien Hu, bergantung dialek daerah masing-masingTapi, orang tua saya memberi nama Tong Sin Fu," paparnya kala ditemui di sela Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2009Ketika masih menangani timnas Indonesia, dia punya nama Fuad Nurhadi.

Tak kurang dari tiga puluh tahun dia menjadi pelatih bulu tangkisKepelatihannya berawal pada akhir 1979, saat dia mulai gantung raketSelama enam tahun Tong memoles para pemain wanita TiongkokDi antaranya Li Lingwei dan Han AipingDua pebulu tangkis andalan Tiongkok di era 1980-an.

Kemudian pada 1986 Tong melatih di IndonesiaAwalnya, dia tidak menangani pemain Pelatnas CipayungDia melatih di klub Pelita Jaya milik Aburizal BakrieKetika itu dia dikontrak USD 750 per bulanSetelah itu Tong ditarik untuk menangani pebulu tangkis yang ditempa di Pelatnas Cipayung

Ketika itu sejumlah pemain legendaris nasional masih di pelatnasSeperti Liem Swie King di masa-masa akhirnya, Icuk Sugiarto, dan Hastomo ArbiKemudian, dia ikut membidani lahirnya para pemain generasi emas, seperti Alan Budikusuma, Ardi BWiranata, dan Hariyanto Arbi

Bahkan, Tong mengantarkan Alan meraih medali emas bulu tangkis di Olimpiade Barcelona 1992Waktu itu Susi Susanti juga berhasil meraih emas sehingga dijuluki pengantin emas"Para pemain Indonesia saat itu memang berbeda dengan yang ada sekarang," katanya

"Secara kualitas mereka lebih baikSelain itu, saya lihat mereka punya semangat dan kemauan keras untuk menjadi juara," lanjut pria 68 tahun itu"Filosofi saya sebagai pelatih adalah bukan pelatih yang harus pandai, melainkan pemain sendiriTugas pelatih hanya membantu," sambungnyaPemain terakhir Indonesia yang ditangani adalah Hendrawan yang juga sempat menyabet juara dunia

Pada 1998 dia memutuskan kembali ke Tiongkok setelah permohonannya menjadi warga negara Indonesia (WNI) ditolak"Kenapa itu (penolakan menjadi WNI, Red) diungkit-ungkit lagiItu sudah cerita lama," kata pria yang kini menetap di Fuzhou tersebut"Waktu itu saya sudah berusaha mati-matian untuk menjadi WNI, tapi tetap tidak dikabulkanApa mau dikata," katanya.

Dia hanya terdiam ketika ditanya apakah masih ingin menjadi WNI"Saya cukup bahagia dengan posisi saya saat iniKalau toh bisa menjadi WNI, sekarang usia saya sudah lanjut," kata suami Li Qing itu, sembari sesekali membenarkan letak topinya.
Meski begitu, dia belum tahu kapan akan pensiun sebagai pelatih"Saya menikmati peran saya sekarangSelama saya masih kuat, saya akan terus melatihSebab, di usia ini kalau tidak ada kegiatan, malah tidak enak," paparnya.

Di Tiongkok, Tong tak langsung melatih tim nasional, melainkan menjadi pelatih tim bulu tangkis Provinsi FujianTak lama kemudian, dia melatih timnas Negeri Panda ituPada Olimpiade Sydney 2000, dia harus melihat anak didiknya, Xia Xuanze, menyerah di tangan Hendrawan yang pernah dilatihnya.

Namun, Hendrawan hanya meraih perak di Olimpiade itu setelah di final dikalahkan Ji Xinpeng, pemain lain TiongkokSalah satu keberhasilan Hendrawan saat itu berkat arahan Tong Sin FuSebaliknya, keberhasilan Ji Xinpeng mengalahkan Hendrawan "yang kini melatih tim Malaysia" juga berkat sentuhan Tong Sin Fu.

Setelah itu Tong ikut membidani lahirnya para pebulu tangkis andalan Tiongkok saat iniMisalnya, Lin Dan, Chen Jin, Bao Chunlai, dan ganda pria Cai Yun/Fu HaifengNama-nama inilah yang beberapa tahun terakhir mendominasi peta persaingan bulu tangkis duniaBahkan, selain mengantarkan Lin Dan hat-trick juara dunia, dia berhasil mengantar Super Dan meraih medali emas Olimpiade Beijing tahun lalu
Tong merupakan salah satu pemain junior Indonesia terbaik di era 1950-an.?Pada 1960, dia pergi ke Tiongkok bersama rekannya, Hou Chia Chang, asal Surabaya"Saya meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi sambil bermain bulu tangkis," tutur bapak dua anak itu.
Dia meninggalkan orang tua dan tiga saudaranya, yang saat itu tinggal di daerah Pejompongan, Jakarta.
 
Di Tiongkok karir bulu tangkis Tong Sin Fu melesatHanya dalam lima tahun dia sudah menjadi juara nasionalGelar itu dikuasai sampai 1975Hou Chia Cang juga berhasilMereka berdua dijuluki Raksasa Tiongkok karena keperkasaannya.Sayang, ketika itu pemerintah Tiongkok tak mengizinkan atlet-atletnya mengikuti turnamen di Eropa atau di negara-negara yang tak sepahamAkibatnya, nama mereka berdua tidak begitu dikenal secara internasionalTapi, pers Barat yang mengendus keberadaan mereka menganggapnya sebagai kekuatan tersembunyi.
Tong hanya tampil di Ganefo (Games of The New Emerging Forces) 1963 dan 1966Dia menjadi juara tunggal pria.

Pada 1976, ketika rezim komunis Tiongkok mulai terbuka dan mengizinkan atlet-atletnya bermain di luar negeri, Tong dan Hou mulai menunjukkan kemampuanBahkan, di sebuah laga ekshibisi, Tong berhasil menggilas pemain terbaik Eropa saat itu, Erland Kops, dengan skor sangat telak, 15-0, 15-0Oleh pers Barat, Tong dijuluki The Thing.Ketika itu dominasi tunggal pria dunia di tangan Rudy Hartono yang berhasil menjuarai All-England delapan kaliTapi, Tong maupun Hou tidak sempat ditarungkan dengan jagoan Indonesia itu

Mereka pernah bertemu Iie Sumirat dalam sebuah even antarpemain Asia di Bangkok pada 1976Iie Sumirat berhasil memecundangi keduanyaSaat dikalahkan Iie Sumirat, usianya sudah 34 tahunTak lama kemudian, dia memutuskan gantung raket, dan menjadi pelatih.
Tong mengaku, meski sudah tak tinggal dan melatih di Indonesia, dia terus memperhatikan perkembangan bulu tangkis di negeri kelahirannya iniDia tak menampik, saat ini prestasi bulu tangkis nasional memang tak sebaik di era-era sebelumnyaTapi, dia yakin, Indonesia kembali bangkit"Hanya masalah waktu menunggu bulu tangkis Indonesia berkibar kembali," ucapnya.
 
Dia mengaku masih punya banyak sanak-saudara di IndonesiaSesekali dia pulang ke IndonesiaKedua anaknya "dia tidak mau menyebutkan namanya" juga dilahirkan di IndonesiaTong adalah contoh mutiara berharga yang disia-siakan(*/cfu)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesawat Rakitan yang Terbang sampai Malaysia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler