jpnn.com, MALANG - Keberadaan Tol Malang - Pandaan alias Mapan diyakini bakal berdampak positif bagi wilayah Malang Raya di semua sektor. Namun, hal itu hanya bisa terwujud jika arah pembangunan di tiga daerah bisa disinergikan. Seperti apa pengaruhnya?
Potensi bakal melejitnya perekonomian Malang Raya dibeber pakar statistik data Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Drs Kresnayana Yahya. Hal itu disampaikan dalam seminar ”Tol Mapan: Solusi Baru, Harapan Baru, atau Masalah Baru?” yang digagas Jawa Pos Radar Malang kerja bareng Universitas Brawijaya Senin lalu (23/4).
BACA JUGA: Terungkap Sejumlah Fakta Menarik seputar Proyek Tol Malang - Pandaan
”Tugas saya di sini memberi arahan agar potensi ekonomi bisa terwujud,” ujarnya mengawali materi.
Hadir dalam seminar Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko, Rektor UB Prof Dr Nuhfil Hanani, Ketua Governance Laboratory FIA UB Dr MR Khoirul Muluk, Direktur PT Jasa Marga Pandaan–Malang Agus Purnomo, dan dimoderatori Direktur Jawa Pos Radar Malang Kurniawan Muhammad.
BACA JUGA: Besok, Kupas Masa Depan Malang Raya setelah Ada Tol Mapan
Sementara peserta seminar adalah pejabat organisasi perangkat daerah (OPD) tiga Pemerintah Daerah (Pemda) Malang Raya, asosiasi bisnis, kuliner, pariwisata, properti, dan perdagangan.
BACA JUGA: Terungkap Sejumlah Fakta Menarik seputar Proyek Tol Malang - Pandaan
BACA JUGA: Jalur Tol Malang â Pandaan Akhirnya Digeser, Berapa Meter? Rugi Rp 450 M
Kresna menjelaskan, pergeseran peningkatan perekonomian di Indonesia, bergerak cepat di wilayah timur. Maka Jawa Timur, dia melanjutkan, dapat menjadi sentra untuk perkembangan pembangunan dan peningkatan ekonomi di Indonesia Timur.
Tentu hal ini dapat terwujud jika didorong infrastruktur yang mapan. Salah satunya dengan terbangunnya tol Mapan. ”Jumlah trip ke Indonesia Timur misalnya, sudah naik dua kali lipat. Maka kalau bergerak sedikit saja, Jawa Timur akan melejit,” ucapnya.
Maksudnya, Jawa Timur bisa menjadi sentra distribusi logistik. Sebab, sarana yang terbangun di Jawa Timur sudah mumpuni. Jika sudah begitu, pengiriman barang ke kawasan timur dari Jawa Timur, lebih menekan biaya timbang pengiriman yang dilakukan selama ini dari Jakarta.
”Ketika tol laut dibuat, harga-harga se-Indonesia sudah sama. Sebagian barang terdistribusi melalui jalur Jawa Timur,” terangnya.
Di Surabaya, Pelabuhan Tanjung Perak masih dominan menjadi alat transportasi distribusi ke daerah luar Jawa. Nah, tol Mapan ini nantinya, dia menyatakan, akan bisa menekan cost untuk distribusi makanan dan nonmakanan. Tol Mapan dipastikan memperpendek jarak dari utara ke selatan Jawa.
”Asalkan perilaku pengiriman barang itu diubah. Masyarakat secara kolaborasi melakukannya bersama-sama. Tidak sendiri-sendiri mengirim barang. Karena itu tetap akan memakan biaya yang banyak saat lewat tol,” jelasnya. Sebagai gambaran, tarif tol Mapan, yakni dari Pandaan ke Malang diprediksi bakal dibanderol sekitar Rp 40 ribu.
Selain barang produksi dari Malang bisa cepat terdistribusi keluar Malang, potensi bisnis menurutnya juga menjadi penting diperhatikan. Yaitu, Malang menjadi incaran investasi pengusaha nasional. Tentu karena akses yang mudah dijangkau pasca tol Mapan, setelah sarana, sumber daya manusia dan alamnya sudah dikelola dengan baik.
”Cost di Malang masih tinggi karena akses menuju ke sini belum rampung. Saya melihat misalnya restoran di Surabaya ekspansi ke Malang. Harganya sama mahalnya dengan di Surabaya. Kalau sudah begitu kata orang Malang, ngapain lagi ke Surabaya (kecuali tol Mapan beroperasi, Red),” paparnya.
Lalu apa pengaruhnya tol Mapan untuk Jawa Timur? Kresna menjelaskan, peta ekonomi Jawa Timur akan berubah. Apalagi jalan tol diteruskan hingga Blitar. Selain bisnis kuliner, properti juga sangat diuntungkan.
BACA JUGA: Ganti Rugi Lahan Tol Malang – Pandaan, Warga Minta Rp 25 Juta per Meter
Adanya tol juga bakal bakal meningkatkan angka kunjungan dan secara langsung, harga tanah di Malang ikut terkerek. Jadi, utuk layanan kirim barang bukan lagi dominasi Surabaya, tapi Malang juga bisa. Sementara pengiriman barang ke Malang pun lebih cepat.
”Malang ini kan daerah selatan yang akses pendidikannya paling bagus. Orang banyak kenal dan datang ke sini,” tambahnya. Dengan segala potensi tersebut, Kresna melanjutkan, kejayaan ekonomi Malang Raya tinggal menunggu waktunya saja.
Namun, hal itu hanya bisa terjadi asalkan Pemkot Malang, Pemkab Malang, dan Pemkot Batu bisa akur dan duduk bareng, bersinergi dalam rencana pembangunan. Masing-masing daerah juga harus mau berkomitmen membagi pos-pos pengembangan ekonominya. Misalnya produksi pertanian, buah, bunga, sayur, protein, tempe, camilan, dan lain-lainnya menjadi kekuatan ekonomi Malang. Begitu pun dunia pendidikannya.
”Tapi, perlu pos-pos pergudangan yang ideal. Tidak bisa semuanya berangkat dari Kota Malang karena sudah tidak ada lagi jalan di tengah kota. Maka harus sinergi pembangunannya dengan Kabupaten Malang,” imbuhnya.
Misalnya dari yang dia petakan, produk domestik regional bruto (PDRB) berdasarkan atas dasar harga berlaku (ADHB), Kabupaten Malang menjadi basis industri, airport, dan lain-lainnya. Sementara Kota Malang menjadi basis produksi makanan dan lain-lainnya.
Sedangkan Kota Batu menjadi basis pariwisata, perdagangan, dan lain-lainnya. ”Kawasan ini pasti saling menopang satu sama lain. Dan yang paling cepat tumbuh itu sektor perdagangan,” kata Kresna.
Tol Mapan, dia menambahkan, akan menjadi backbone perdagangan di Malang Raya. Namun kata kuncinya, dia menyatakan, yaitu efisiensi logistik. Yaitu, dengan integrasi antara usaha kecil dan menengah (UKM), industri, pariwisata, serta lain-lainnya.
Para petani harus berkolaborasi di Malang agar hasil panennya terdistribusi keluar. Selain melancarkan distribusi, juga dapat mengurangi cost akomodasi. ”Begitu jalan dibangun, semua naik, bisnis naik tiga kali lipat,” bebernya.
Namun sekali lagi, Kresna menyatakan, harus ada komitmen dari tiga Pemda Malang Raya. Terutama soal utilitas jaringan jalan menuju pos-pos yang dipetakan di masing-masing daerah tersebut. Dia lantas mencontohkan suksesnya perbaikan akses jalan yang dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Menurut dia, program Risma yang gencar membangun jalan bisa melipatgandakan APBD dalam 8 tahun kepemimpinan. Dari sekitar Rp 800 miliar menjadi Rp 9 triliun. ”Itu karena utilitas jalan yang dibangun. Jalan lebar, ekonomi lancar,” tukasnya.
Selain itu, sudah saatnya Pemda Malang Raya juga menggandeng pengusaha agar bisa mendapatkan win-win solution. Tol Mapan sangat membuka peluang bisnis logistik dan transportasi. Tentu dengan kawasan tiga daerah yang memiliki karakteristik berbeda-beda ini. Masuknya lewat Kabupaten Malang, kuliahnya di Kota Malang, sementara wisatanya di Kota Batu.
”Orang Singapura ingin datang ke Batu hanya untuk menginap di pedesaan. Bagi mereka itu experience economy, nyemplung di kali lalu foto selfie,” kata Kresna.
Hanya, dia melihat, sektor pelayanan di Malang Raya masih perlu perbaikan dan peningkatan. Dia menyebut ini sebagai anjuran. Dia juga usul tol Mapan tidak sekadar jalan lalu lintas, tapi menjadi akses perdagangan dan distribusi.
”Di Malang, sektor pelayanan masih banyak yang perlu diperbaiki,” tutup pakar statistik data itu. (jaf/c2/nay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ganti Rugi Lahan Tol Malang â Pandaan, Warga Minta Rp 25 Juta per Meter
Redaktur & Reporter : Soetomo